Goddess in Aztec mythology associated with sexual desire

teicu-ads1

Breaking Stories

Thursday, September 28, 2017

Exorcist Girl: Pocong gaul


 


Waktu masih kecil, aku memang bisa dibilang anak bangor atau bandel karena biarpun aku cewek, aku tidak segan-segan memanjat pohon, bermain bola, main layangan, dan segala permainan anak cowok yang lainnya sampai-sampai ibu dan ayahku tidak bosan-bosannya mengomeliku agar bertingkah laku yang semestinya. Meskipun sering dimarahi, aku tau kalau orang tuaku sangat sayang kepadaku sehingga aku selalu berusaha sekuat mungkin untuk membuat mereka tidak marah-marah. Aku menyimpan sebuah rahasia besar dari kedua orang tuaku, aku bisa melihat berbagai macam hantu. Memang setiap anak kecil bisa melihat setan hingga umur 6 tahun, tapi aku masih bisa melihat hantu sampai aku duduk di SMP. Aku tidak pernah takut melihat berbagai macam setan karena sifatku memang tomboi jadi tidak mudah takut. Seperti kata orang, ‘jika kamu bisa melihat setan, maka setan bisa melihatmu’ sehingga tak heran setan-setan banyak yang menakut-nakuti, tapi sory ya, aku tidak takut sama sekali lagipula aku sudah terbiasa jadi, bagaimanapun seramnya, aku tidak takut.Saat aku sudah duduk di SMP, lama kelamaan aku mulai jadi feminim karena teman-temanku yang cewek sudah mulai dandan sehingga tanpa sadar aku juga ikut-ikutan. Siapa sangka, dulu ketika SD aku sering dikira anak cowok, tapi ketika sudah SMP, tubuhku berkembang lebih cepat dari teman-temanku yang lain. Payudaraku sudah berukuran 34 C ketika duduk di kelas 3 SMP. Akibat payudara berukuran 34 C yang mancung, kencang, dan kenyal serta tubuhku yang berlekuk-lekuk dengan indahnya ditambah dengan paras yang cantik & anggun membuatku jadi incaran cowok-cowok baik cowok SMP ataupun cowok SMA bahkan cowok kuliah juga banyak yang mengincarku.
Banyak yang bilang wajah cantik & anggunku mirip seperti wajah ibuku, tapi tubuhku lebih sexy dibandingkan ibuku, aku juga tidak tau kenapa. Aku berganti-ganti pacar terus karena aku terlalu sering dikekang oleh pacar-pacarku. Aku sudah lulus SMP dan masuk ke SMA favorit. Tidak ada yang spesial dari hidupku hingga aku kehilangan keperawananku oleh salah satu pacarku ketika aku duduk di kelas 3 SMA.
Waktu berlalu dengan cepat, tiba-tiba aku sudah lulus SMA. Aku mengikuti ujian masuk universitas negeri, tapi tidak berhasil sehingga aku masuk di universitas swasta yang lumayan favorit. Aku datang ke universitas itu untuk daftar, belum jadi mahasiswi di universitas itu, tapi banyak cowok yang kebetulan sedang istirahat maupun yang sedang nongkrong mendekatiku dan mengajakku berkenalan. Setelah daftar, daftar ulang, pengarahan, aku resmi menjadi mahasiswi universitas itu dan hanya tinggal ospek saja. Ospek berlangsung 3 hari, aku menjadi sasaran bagi senior cewek karena mereka cemburu dan jealous kepadaku yang menjadi pusat perhatian senior cowok. Senior cowok pada berlomba-lomba untuk dekat denganku, aku tidak menolak semua senior cowok yang ingin kenalan denganku sebab aku jadi dilindungi dari senior cewek oleh para senior cowok. Hari ke 2 ospek diadakan angket, aku mendapat gelar junior yang paling cantik dan paling sexy.
Ospek hari ke 3 diadakan api unggun sekaligus acara pembakaran papan nama sebagai simbol ospek telah berakhir. Pembakaran papan nama telah berakhir sehingga tinggal senang-senang saja dan mengakrabkan diri dengan para senior. 2 senior cowok memanggilku dan menyuruhku untuk mengikuti mereka berdua. Kami menuju ke suatu ruangan yang sangat jauh dari keramaian dan sangat gelap. Kami bertiga masuk ke dalam dan salah satu senior cowok mengunci pintu ruangan. Aku sudah tau apa yang akan mereka lakukan dari sinar wajah mereka yang terlihat sudah dipenuhi nafsu melihat wajah dan tubuhku.
“sini,,”, kata senior yang kutau namanya Doni.
“ada apa ka,,”, kataku sambil mendekat ke arahnya.
“nama kamu siapa?”.
“Neysa ka’,,”.
“Neysa siapa?”.
“Neysa Dewi Anastasia ka’,,”.
“oh,,ternyata namanya sesuai ama orangnya,,bener-bener kayak dewi,,”.
“makasih ka’,,”, kataku sambil melemparkan senyuman.
“cantik banget,,setuju gak Gas?”, tanyanya ke temannya yang bernama Bagas.
“iya,,ini emang dewi,,bukan manusia,,”.

“ah ka’ Doni,,ka’ Bagas bisa aja,,”.
“Neysa,,kamu udah pernah ML??”.
“buset nih orang,,gak ada basa-basinya,,”, kataku dalam hati.
“udah pernah ka’,,”, jawabku.
“goblok lo Gas,,cewek cakep gini pasti udah pernah,,biarpun Neysa gak mau,,tapi pasti pacar-pacarnya pada maksa,,iya kan Ney?”.
“iya ka’,,”.
“kalo gitu gue apa-apain gak apa-apa kan Ney?”, tanya Doni.
“terserah ka’ Doni ama ka’ Bagas aja deh,,”.
“buset,,udah cantik,,bohai,,mau diapain aja,,emang bidadari,,”, komentar Bagas.
“makasih,,”, kataku sambil senyum.
“Gas,,kalo gitu lo ambil tiker sono,,”.
“okeh,,tapi Neysa jangan diapa-apain dulu Don,,”.
“iye gampang,,sono cepet lo,,”. Bagas bergegas keluar dari ruangan.
“ka’ Doni,,ini ruangan apa sih?”.
“oh,,ini gudang,,katanya sih ada hantunya,,”.
“ha? yang bener?”.
“kamu tenang aja,,ada ka’ Doni,,ada ka’ Bagas,,”.
“lo yang tenang aja,,”, kataku dalam hati.
“iya,,”, jawabku. Tak lama Bagus datang membawa tikar yang besar dengan buru-buru dan menaruh tikar itu di lantai.

“Neysa,,kamu yakin mau kita apa-apain?”, tanya Bagas.
“kalau aku gak mau,,kaka’ berdua pasti maksa juga kan?”.
“iya sih,,tau aja,,”.
“yaudah,,kalo gitu lanjut aja,,”, tambah Bagas. Bagas dan Doni yang berkulit hitam dan berwajah jelek saling berlomba membuka pakaian mereka masing-masing. Doni mempunyai tubuh lebih gendut daripada Bagas, tapi Bagas juga tidak kurus melainkan sekel untuk ukuran cowok karena dia tidak setinggi Doni. Mereka tinggal memakai celana dalam saja sedangkan aku masih memakai pakaian lengkap.
“Neysa buka baju juga dong,,”, pinta Bagas.
“iya ka’,,”. Aku mulai membuka baju dan celanaku hingga tinggal bh dan celana dalamku saja yang melekat di tubuhku. Aku membuka bh dan celana dalamku sehingga tubuh indahku yang putih mulus tidak terbalut apa-apa lagi di hadapan Doni dan Bagas.
“gila !!! mulus banget bodynya,,”, komentar Bagas.
“toket kamu ukurannya berapa,,Ney?”.
“36 C,,kenapa ka’?”.
“pantes,,gede banget,,”.
“ah kaka’ bedua dari tadi muji mulu,,”.
“abisnya kamu tanpa cela sih,,hehe,,”, rayu Doni.

“ah,,bisa aja,,”. Tanpa membalas perkataanku, mereka berdua mengangkatku dan menaruh tubuhku di tikar. Mereka berdua memandangi tubuh putihku yang terbaring pasrah di tikar dengan tatapan srigala yang siap menerkamku. Mereka langsung tidur di samping kanan dan kiriku. Mula-mula mereka menjilati wajahku bergantian hingga wajahku benar-benar basah oleh air liur mereka berdua. Puas menjilati wajahku, mereka berdua bergantian mencumbu bibirku dan memainkan lidah mereka di dalam rongga mulutku. Aku memang tadinya kewalahan dengan bau mulut mereka yang hampir membuatku muntah, tapi lama kelamaan aku mulai terbiasa malah kini, aku menikmati permainan lidah mereka berdua di dalam mulutku. Selama bergantian melumat bibirku, Bagas menggerakkan 2 jarinya keluar masuk vaginaku sementara Doni bermain-main dengan klitorisku menggunakan jari telunjuknya. Birahiku semakin menanjak tajam ditambah perasaan liar yang muncul karena yang sedang asik bermain dengan tubuhku bukanlah cowok ganteng atau keren seperti biasanya, tapi kali ini yang sedang merangsangku adalah 2 orang senior cowok yang berwajah jelek.
Itu semua membuatku tak bisa menahan lagi birahiku yang semakin memuncak.
“ooouuhh,,”, lenguhku panjang ketika aku melepaskan gelombang orgasme pertama di tangan 2 senior cowok. Tiba-tiba Bagas yang sedang melumat bibirku melepaskan ciumannya lalu dia mengeluarkan ludahnya sehingga jatuh dan langsung masuk ke dalam mulutku. Bukannya jijik, aku malah menelan ludahnya seperti orang kehausan, Doni pun membuang ludahnya juga ke dalam mulutku dan aku menelannya lagi seperti sebelumnya. Kini, mereka menurunkan ciumannya ke payudaraku. Bagas menelusuri payudara kiriku dengan lidahnya sementara lidah Doni menari-nari di sekitar payudara kananku. Sambil memainkan kedua payudaraku, mereka juga memainkan vaginaku sama seperti sebelumnya, tapi kali ini 2 jari Doni yang bergerak keluar masuk vaginaku sementara Bagas asik memainkan, mengelus-elus, dan menekan-nekan tombol sensitif yang berada sedikit di atas bibir luar vaginaku yaitu klitorisku

Selain itu, setiap 30 detik mereka terus bergantian membuang ludah mereka ke dalam mulutku dan aku menelan ludah mereka berdua bagai orang kehausan mungkin karena aku sedang sangat bernafsu. Aku melepaskan orgasme keduaku sehingga baik jari telunjuk dan jari tengah Bagas ataupun Doni sudah pernah kusiram dengan cairanku. Bagas bergerak ke bawah menaruh kepalanya di selangkanganku yang sengaja kubuka lebar.
“hmm,,memek cewek cakep emang beda,,wangi,,”.
“iyelah,,cewek cakep kan memeknye dirawat,,bego lo Gas,,”, jawab Doni. Tanpa berbasa-basi lagi, Bagas langsung menyerbu sekitar daerah vaginaku dengan mulut beserta lidahnya.
“mmmmhhh,,,”, aku hanya bisa mendesah keenakan sambil menekan kepala Bagas agar dia tidak menghentikan aktivitasnya. Doni bosan hanya meremas-remas dan menjilati payudaraku serta memainkan klitorisku jadi, dia berdiri lalu bertumpu pada kedua siku serta kedua lututnya, dia memposisikan penisnya sehingga penisnya tepat berada di atas mulutku.

Doni menurunkan tubuhnya sehingga penisnya langsung masuk ke dalam mulutku, aku pun mulai menjilati penis Doni yang cukup besar namun agak bau. Aku tidak mempermasalahkan itu karena nafsu yang sudah mencapai puncak mengalahkan segala rasa yang lain. Doni menaikkan tubuhnya sehingga penisnya keluar dari mulutku, tapi dia memasukkan penisnya ke dalam mulutku lagi. Oleh karena itu, aku terlihat seperti ikan yang sedang dipancing dengan penis Doni sebagai kailnya.
“mmmfffhh,,”, desahanku tertahan penis Doni ketika aku orgasme. Aku merapatkan kedua kakiku, kepala Bagas terjepit diantara kedua paha putih mulusku. Bagas tidak berontak sama sekali, dia malah dengan tenang menyeruput habis lalu menjilati cairan vaginaku. Penis Doni sudah jauh tertanam di dalam mulutku sehingga aku agak kesusahan untuk bernafas, tapi anehnya aku menyukainya. Setelah cairanku habis, aku merenggangkan kedua kakiku agar Bagas bisa bernafas lega.
“Don,,lo harus nyobain,,memeknye Neysa manis banget,,”, kata Bagas.
“okeh,,sekarang gantian Gas,,”.

Mereka bertukar posisi sehingga aku berada dalam laut kenikmatan lagi ketika Doni mulai mengeksplorasi vaginaku dengan lidahnya sementara aku dipancing lagi, tapi kali ini penis Bagas yang menjadi kail pancingnya. Penis Bagas tidak besar seperti Doni, tapi panjang hingga penisnya membuatku tersedak ketika dia mendorong penisnya masuk ke dalam mulutku. Setelah tubuhku mengejang lagi alias orgasme, Doni meminum semua cairanku yang bisa diraihnya baik dengan lidahnya ataupun jarinya.
“nah,,sekarang saatnya mencoblos,,hehe”. Doni langsung berbaring terlentang di sebelahku.
“ayo sini Ney,,duduk di ****** ka’ Doni,,”.
“ok ka’,,”, jawabku. Aku memposisikan vaginaku di atas penis Doni lalu perlahan aku menurunkan tubuhku dan membimbing penis Doni ke lubang vaginaku. Senti demi senti penis Doni ditelan oleh vaginaku hingga akhirnya penis Dino sudah amblas ditelan oleh vaginaku. Aku langsung menggoyang pinggulku untuk memulai permainan lalu aku memaju mundurkan tubuhku agar penis Doni lebih terkocok di dalam vaginaku.

Bagas mendorong tubuhku ke depan sehingga payudaraku menempel di wajah Doni yang langsung di sambut dengan mulutnya. Lubang anusku yang terekspos langsung dicoblos Bagas menggunakan penisnya yang panjang itu. Kini, tubuhku yang putih mulus dihimpit dua cowok yang berkulit hitam bagaikan mutiara yang ada di tengah-tengah arang. Dengan kompak, mereka berdua mulai menggenjot penis mereka ke masing-masing lobangku yang telah mereka masuki. Aku hanya bisa mendesah keenakan menerima 2 penis yang keluar masuk vagina dan anusku dengan ritme genjotan yang hampir sama. Setelah 15 menit, Bagas mencabut penisnya keluar dari anusku lalu mengocok penisnya di wajahku, aku membuka mulutku lebar-lebar. Tidak lama kemudian, Bagas mengarahkan penisnya ke mulutku dan menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam mulutku, tidak hanya ke mulutku, Bagas juga menembakkan spermanya ke seluruh wajahku sehingga sperma membasahi wajahku.
Aku menutup mulutku dan menelan sperma Bagas yang ada di dalam mulutku. 3 menit setelah itu, Doni menyuruhku berdiri dan bersimpuh di hadapannya yang sedang mengocok penisnya sendiri agar memuntahkan isinya. Sama seperti tadi, aku membuka mulutku menantikan sperma yang hangat mendarat di lidahku. Doni membuang spermanya ke mulut dan wajahku.
“huff,,gila,,enak banget ngentotin cewek cakep,,”.
“iye Don,,mantep banget,,ude gitu,,mau diapain aje,,”.
“berarti ka’ Doni ama ka’ Bagas,,puas kan?”, tanyaku sambil meratakan sperma ke seluruh wajahku.
“belom Ney,,”.
“ha? belom?”.
“iya,,ka’ Bagas kan belom nyobain memek kamu Ney,,”, kata Bagas.
“he eh,,ka’ Doni juga belom nyobain pantat kamu Ney,,”, tambah Doni.
“yaudah,,kalo gitu,,ka’ Doni ama ka’ Bagas istirahat dulu,,”.
“terus kamu ngapain?”.
“aku bakal joget buat hiburan kaka’ bedua,,”.
“joget? wah,,sip tuh,,”. Aku menyalakan musik dari hpku lalu aku mulai mempratekkan gerakan-gerakan sensual yang kupelajari dari ekskul sexy dancer sewaktu masih SMA dulu.

“gile Gas,,mimpi ape kite kemaren,,bisa ngentot ama cewek cakep kayak si Neysa ini?”.
“tau deh,,hoki banget kite,,Neysa udah cakep, bohay banget, baek, terus bisa joged juga ternyata,,”.
“ho oh,,”. Aku menggoyang-goyangkan pantatku di depan wajah mereka secara bergantian, tentu saja mereka jadi gemas sehingga mereka meremas serta menepuk kencang pantatku hingga pantatku merah. Dengan gerakan sensual dariku, hanya butuh 2 menit bagi penis mereka untuk bangun lagi dari tidurnya.
“nah,,Ney,,udah bangun lagi nih,,yok maen lagi,,”, kata Doni.
“ayok,,”, jawabku. Ronde kedua dimulai, Doni tetap berada di bawah tubuhku, tapi kali ini dia mengisi liang anusku dengan penisnya sementara Bagas menindih tubuhku dan mengisi vaginaku dengan penisnya. Mereka menyemburkan sperma mereka ke wajahku lagi sehingga wajahku semakin belepotan sperma. Kami beristirahat sambil duduk-duduk setelah memakai pakaian kami masing-masing.
“Ney,,kok kamu mau dientot ama kita berdua sih?”.

“sebagai junior yang baik,,harus bisa bikin senior seneng,,bener kan?”.
“bener banget itu,,”, jawab Bagas. Ketika kami bertiga sedang asyik mengobrol, tiba-tiba sesosok mahluk berdiri di belakang Bagas & Doni. Aku melihatnya dari kaki hingga ke atas dan menemukan wajah seram, dingin, tanpa ekspesi menatapku. Makhluk itu dililit kain putih dan aku baru sadar kalau makhluk itu adalah pocong.
“ka’ Bagas,,ka’ Doni,,”.
“ada apa Neysa sayang?”, sahut Bagas.
“tolong jangan liat kebelakang ya,,”.
“emang kenapa?”, dasar sifat manusia, jika dilarang malah seperti disuruh. Bagas & Doni malah melihat ke belakang sehingga mereka langsung pucat pasi ketika melihat sosok makhluk yang ada di belakang mereka.
“poc,,poc,,poc,,copong,,eh salah pocong !!!”, teriak Bagas.
“seetaaan !!!”, teriak Doni. Mereka berdua langsung mengambil seribu langkah, untungnya mereka sudah memakai baju mereka sementara aku tetap duduk di hadapan pocong itu tanpa gentar dan takut, malah aku memandangi matanya yang tak ada sinar kehidupan.

“ngapain lo ngeliatin gue?”, tanyaku ke pocong itu. Tiba-tiba ekspresi pocong itu berubah dari yang tadinya sangat dingin menjadi keheranan dan melihat ke arahku.
“lo gak takut ama gue,,”.
“yah,,takut? ga kenal tuh,,”, kataku.
“oke kalo gitu,,”. Dia mulai menakut-nakutiku mulai dari mengeluarkan darah dari sekujur tubuhnya, mata dan lidahnya copot, sampai tubuhnya hancur berantakan, tapi itu semua tidak membuatku takut.
“beneran gak takut ni cewek,,”.
“dibilangin susah amat nih pocong,,gue gak takut,,”.
“hebat juga lo,,”.
“lo duduk napa,,gue capek kepala gue dongak ke atas terus,,”, kataku.
“bentar gue tiduran aje,,ribet kalo duduk,,maklum namanya juga pocong,,”. Pocong itu menghilang dan tiba-tiba tidur di depanku.
“nah gitu dong,,gue jadi gak capek kan,,”.
“kok lo gak takut ama gue? padahal 2 cowok yang tadi aje langsung ngibrit ngeliat gue?”.
“gue udah biasa ngeliat setan dari kecil,,eh ngomong-ngomong lo pocong gaul ye? ngomongnye pake gue-lo dari tadi?”.
“pas gue mokad gue masih muda,,jadinye pocong muda,,”.

“hemmhh,,pantes aje masih gaol,,”.
“oh iye,,nama lo siape?”, tanya pocong itu.
“nama gue Neysa,,lo masih inget nama lo gak?”.
“masih,,kalo gak salah sih nama gue Gino,,”. Aku dan Gino malah mengobrol sampai kami berdua menjadi akrab. Aku melihat sudah jam 10, waktu untuk acara penutupan OSPEK.
“eh No,,gue balik dulu yee,,”.
“ha? mau kemane lo?”.
“gue musti balik ke lapangan,,”.
“gue ikut yee,,gue takut,,”.
“lah,,lo kan setan? takut ama apaan?”.
“gue kan bukan setan daerah sini,,”.
“alah,,oh,,setan punya daerah juga,,kayak preman aje,,”.
“iye,,makanye,,gue boleh ikut yee?”.
“iya deh,,tapi ntar pada kabur ngeliat lo gimana?”.
“gue masuk ke badan lo aje,,gimane?”.
“yaudah,,cepet,,tapi lo jangan macem-macem,,”.
“okeh,,”. Gino masuk ke dalam tubuhku, memang ada rasa aneh, tapi aku masih bisa menggerakkan tubuhku sesuai keinginanku karena Gino hanya masuk ke dalam tubuhku bukan merasukiku. Aku mengelap wajahku yang belepotan sperma dengan tisu yang ada di kantung celanaku dan menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhku agar bau keringat dan bau sperma bisa tersamarkan.

Begitu aku keluar dari ruangan, aku melihat 4 orang cowok berlari ke arahku dan 2 diantaranya adalah Bagas dan Doni
“Neysa,,kamu gak apa-apa?”, tanya Bagas kepadaku setelah sampai di hadapanku.
“gak apa-apa ka’,,”.
“mana hantunye? ngarang lo bedua,,”, kata seorang senior cowok yang lain.
“tau lo pade,,masa Neysa yang cantik kayak gini dibilang setan,,”, tambah seorang senior cowok yang terakhir.
“udeh lah,,biarin aje ni 2 orang pengecut,,mending Neysa ikut ama ka’ Dana n’ ka’ Panji ke lapangan,,udah mau acara penutupan,,”.
“iya ka’,,”. Aku berjalan diantara ka’ Dana & ka’ Panji yang berjalan di kanan dan kiriku sementara ka’ Bagas & ka’ Doni dengan wajah pucat pasi melongok ke dalam ruangan yang tadi menjadi arena pergumulanku dengan mereka berdua. Selama berjalan ke lapangan, Panji & Dana selalu berusaha mencari-cari kesempatan untuk bisa mengelus-elus dan meraba-raba tubuhku.
“dasar,,ngambil kesempatan mulu ni 2 orang,,”, kataku dalam hati.

Setelah sampai di lapangan, aku langsung ikut duduk di tengah-tengah junior yang lain. Setelah acara penutupan, junior diperbolehkan pulang. Para senior maupun junior cowok banyak yang mengajukan diri untuk mengantarku pulang.
“sori banget,,gue bawa motor,,”, jawaban yang sama yang selalu kukeluarkan setiap kali para cowok ingin mengantarkanku pulang. Aku pulang dengan mengendarai motor maticku yang sangat kusayangi. Sampai juga di rumah, aku memarkirkan motorku dan masuk ke dalam rumah dan istirahat di ruang tamu.
“eh No,,keluar lo dari badan gue,,”. Gino keluar dari tubuhku dan berdiri di hadapanku.
“eh,,ngapain celingak celinguk gitu??”, tanyaku karena melihat Gino seperti sedang mencari seseorang.
“gue nyariin orang tua lo,,ntar kalo tiba-tiba ngeliat gue bisa repot,,”.
“ohh,,nyantai aja,,bokap ama nyokap gue udah meninggal 5 bulan lalu,,”.
“oh maap,,gue turut prihatin,,”.
“alah,,emang pocong bisa prihatin juga?”.

“ya nggak sih,,gue kan cuma basa-basi,,”.
“iya,,iya,,makasih,,eh gue mandi dulu yee,,lo jangan keluyuran komplek gue,,bisa heboh,,”.
“sip,,”. Aku pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang berbau sperma dan keringat. Aku membuka baju, celana, bh, dan celana dalamku hingga tubuhku yang putih mulus tak tertutup sehelai benang lagi. Aku menyalakan shower lalu menyiram tubuhku dengan air dingin.
“mmmhhh,,”, lirihku pelan menikmati siraman air dingin membasahi sekujur tubuhku dari kepala hingga ke kakiku sehingga aku tidak merasa capek lagi. Aku menuangkan sabun wajah ke tangan kiriku, aku meratakan sabun itu ke kedua telapak tanganku. Aku mengusapkan ke wajahku hingga wajahku benar-benar tertutup sabun lalu aku membilas wajahku untuk membersihkan kuman-kuman sperma yang masih tersisa di wajahku. Setelah itu, aku baru menyabuni seluruh tubuhku dengan sabun mosturizer agar kulitku menjadi semakin halus dan semakin putih.

Ketika sedang asik menyabuni diriku sendiri, tiba-tiba Gino muncul di hadapanku.
“aaakhhh !!!”, teriakku kaget dan spontan aku mengarahkan shower ke arahnya sehingga dia basah kuyup.
“Gino,,lo ngagetin gue aje,,tiba-tiba muncul,,sialan lo,,”. Gino tidak menjawabku dan langsung menghilang, tapi dia langsung muncul lagi di dekat pintu kamar mandi.
“parah lo Ney,,gue disiram ampe basah,,”.
“nah,,elo lagian,,tiba-tiba muncul di depan gue,,”.
“katanye lo gak takut?”.
“bukannye takut,,kaget,,dodol,,lagian lo ngapain ke sini,,gue kan lagi mandi,,”.
“bosen di luar sendirian,,mending gue ngeliatin lo mandi,,belom pernah gue ngeliat cewek mandi,,”.
“dasar pocong mesum lo,,yaudah,,terserah lo aja deh,,”. Aku meneruskan mengusapkan sabun ke seluruh tubuhku hingga tubuh putihku menjadi berkilauan lalu aku membilas tubuhku dengan air. Aku menggosok-gosokkan sabun ke tanganku lagi, aku mulai menyabuni payudaraku. Dengan tangan yang licin menyentuh payudaraku, tiba-tiba nafsu birahiku terusik dan membuatku menjadi terangsang.

Aku mulai meremas-remas kedua buah payudaraku dan memilin-milin putingku sendiri. Aku terus memainkan kedua buah payudaraku yang besar dan kenyal ini hingga birahiku sudah sampai otakku. Kini aku menggerakkan kedua tanganku ke bawah perutku alias ke daerah selangkanganku. Aku gunakan tangan kananku untuk mengelus-elus dan menekan-nekan klitorisku hingga aku merasa vaginaku semakin ‘panas’ dan gatal saja. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kiriku sudah kugerakkan keluar masuk vaginaku.
“eemmhh,,uummhh,,”, desahku pelan menikmati permainanku sendiri. 5 menit akhirnya aku sudah tak tahan lagi, aku mempercepat gerakan 2 jariku yang keluar masuk vaginaku hingga akhirnya aku melepaskan orgasmeku.
“ooohhh,,”, erangku lega sambil cairanku terus menjalar ke jariku dan akhirnya menetes ke lantai.
“gila,,hot banget,,”, aku baru sadar kalau aku tidak sendirian di kamar mandi. Aku masturbasi di kamar mandi dengan pocong sebagai penonton.
“gue baru inget ada lo,,”.
“parah Ney,,gue jadi nafsu banget,,”.
“alah,,emang pocong tau nafsu yee?”.

“tau dong,,”.
“hmm,,gue jadi penasaran,,kalo pocong ngaceng gimana ya,,seumur-umur belum ada kasus pocong ngaceng,,”.
“kalo gitu,,lo mau ngeliat kontol gue?”.
“mm,,gimana ya?? boleh deh,,gue penasaran banget,,”.
“tapi bukain baju pocong gue,,gue gak bisa buka sendiri,,”.
“iya,,iya,,”. Aku maju mendekat ke arah Gino, aku membuka tali yang ada di atas kepalanya sehingga tentu saja aroma tubuhku bisa tercium oleh Gino.
“mmm,,lo wangi banget,,”.
“makasih,,”. Setelah aku membuka tali kepalanya, aku membuka tali yang mengikat kedua tangannya dan juga tali yang mengikat kedua pahanya serta tali yang mengikat kedua kakinya. Lalu aku membuka kain putihnya dan menjatuhkannya ke lantai hingga dia benar-benar tidak tertutup apa-apa lagi. Aku melihat tubuh Gino yang kotor dan penuh luka di mana-mana.
“No,,kok banyak lukanye?”.
“di siksa di kuburan,,”.
“ooh,,kalo gitu lo banyak dosanya dong,,”.
“ya gitu deh,,”.
“emang lo bikin dosa apa?”.
“ada deh,,mau tau aja lo,,”.

“yee,,dasar lo,,bodo ah,,”. Aku langsung jongkok di hadapannya dan bertemu dengan penis Gino yang bentuknya tak karuan dan berbau amis, tapi besar dan panjang.
“iih,,kok begini?”.
“ya namanya juga pocong,,”.
“tapi gede juga ya,,”.
“iye dong,,”. Aku yang sudah berada dalam keadaan ‘on’ sehabis permainanku sendiri tadi dan hanya penis Gino yang tersedia jadi, tanpa ragu-ragu aku memegang batang penisnya dan meremas-remas pelan buah zakarnya. Aku membuka mulutku lebar-lebar dan memasukkan senti demi senti penis Gino hingga penis Gino hampir semuanya berada di dalam mulutku. Aku mulai memaju mundurkan kepalaku sambil menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku. Tadinya aku benar-benar merasa ingin muntah karena terasa anyir dan amis, tapi seiring waktu aku tidak memikirkan itu lagi dan dengan nyamannya aku mengulum penis pocong yang bentuknya tak karuan. Aku terus memandikan penis Gino dengan air liurku hingga seluruh batang penis dan buah zakarnya basah terselimuti air liurku.

Aku mengemuti kepala penisnya, menjilati leher kepala penisnya. 10 menit kemudian, Gino menyemburkan spermanya yang rasanya aneh ke dalam mulutku. Meskipun rasanya aneh, tapi aku telan semua spermanya yang masuk ke dalam mulutku hingga tak bersisa. Aku menyudahi memainkan penis Gino dengan mulutku setelah tidak ada sperma lagi yang tersisa.
“jago banget lo Ney,,”.
“eh,,kok aneh sih rasa peju lo??”, tanyaku.
“gue kan udah mokat,,tapi lo gak apa-apa minum peju gue?”.
“gak apa-apa,,”.
“gue pengen ngerasain nyoblos memek lo deh,,”.
“boleh aja,,tapi badan lo kan kaku gitu,,gimana caranya?”.
“pokonya bisa deh,,”.
“yaudah,,lo tunggu gue di kasur,,gue mau nerusin mandi dulu,,”.
“oke,,”. Dia langsung lenyap dari pandanganku, aku pun meneruskan mandi dengan membersihkan vaginaku menggunakan sabun khusus untuk menjaga vaginaku tetap wangi, bersih, dan kesat. Setelah selesai, aku membilas tubuhku lagi dan mengeringkan tubuhku dengan handuk lalu aku keluar mandi tanpa melilitkan handuk ke tubuhku alias telanjang.

Aku kaget ketika melihat seseorang sedang tidur di atas ranjangku.
“siapa lo??”, tanyaku dengan nada yang keras.
“tenang Ney,,ni gue Gino,,”, kata orang itu.
“ha? Gino?”, aku mendekat ke ranjang dan memperhatikan wajah orang itu dengan seksama. Wajahnya memang mirip dengan pocong tadi alias si Gino, tapi aku masih belum yakin.
“lo beneran pocong yang tadi?”.
“beneran,,nih kalo gak pecaya,,”, tiba-tiba dia berubah menjadi pocong lalu berubah ke bentuk manusia lagi.
“jadi beneran lo Gino?”.
“bener lah,,”.
“lo bisa berubah jadi manusia?”.
“bisa,,”.
“jadi,,ngapain gue ngoral lo pas jadi pocong??”.
“lagian lo langsung aje,,”.
“gue kan gak tau lo bisa berubah jadi manusia,,lagian tadi enak kan,,”.
“iya sih,,hehehe,,”.
“eh,,No,,lo gak bisa berubah jadi lebih ganteng apa?”, tanyaku melihat wujud manusianya yang jelek, berkulit sawo matang, dan giginya mancung.
“gak bisa,,ilmu gue masih rendah,,cuma bisa berubah ke wujud asli gue pas masih idup,,”.
“oh gitu,,”.

“ayo dong Ney,,gue udah gak sabar nih,,”.
“iya,,iya,,gak sabaran amat sih,,”.
“abisnya kan baru kali ini gue bisa ngentot ama cewek,,cantik lagi,,”.
“jadi semasa idup lo belum pernah gituan ma cewek?”.
“belum,,”.
“pantes aja,,muka lo aja begitu,,”.
“yah,,ini kan udah dari sananya,,”, jawabnya dengan muka sedih.
“jangan nangis gitu,,gue cuma becanda,,ni deh biar gak ngambek lagi,,”. Aku naik ke atas ranjang dan tidur di atas tubuh Gino yang sudah telanjang secara terbalik alias posisi 69. Aku mulai membasahi penis Gino yang besar dengan air liurku lagi sambil membiarkan Gino melahap vaginaku.
“mmmhhh,,”, desahku pelan menerima serangan lidah Gino terhadap vaginaku. Aku menjadi bersemangat mengulum penis Gino karena permainan lidah Gino. Aku merasakan Gino menggunakan lidahnya untuk menjelajahi daerah luar dan dalam vaginaku dengan sangat telaten hingga tak ada satu senti pun yang terlewat.
“ooouuummhh,,”, erangku ketika melepaskan orgasmeku dan membiarkan Gino meminum habis cairan vaginaku.

Begitu selesai, aku turun dari atas tubuh Gino. Aku tidur terlentang di sebelahnya, Gino menindih tubuhku. Aku membuka kakiku dan melingkarkan ke pinggangnya sehingga dia bisa melumat bibirku. Secara bergantian kami saling melumat bibir, saling bersilat dan menghisap lidah, dan saling mengeksplorasi rongga mulut. Kami berciuman begitu hangat dan begitu bergairah bagaikan sepasang kekasih yang saling mencintai. Karena begitu nyaman dan nikmat, kami pun berciuman selama kurang lebih 3 menit. Gino melepaskan cumbuannya terhadap bibirku sehingga aku bisa menghirup udara segar lagi, selain itu aku bisa melihat ludah kami yang menyatu dan membentuk seperti benang panjang yang menghubungkan mulutku dengan mulut Gino. Gino menurunkan ciumannya menuju ke kedua buah payudaraku yang putih mulus tanpa cacat sedikit pun. Aku mengelus-elus kepala Gino yang sedang menyusu kepadaku.
“mmmhh,,teerruusshh,,”, lirihku pelan ketika lidah Gino menyapu jengkal demi jengkal dari kedua buah payudaraku secara perlahan

Vaginaku semakin gatal saja ketika Gino menghisapi, mengemuti, dan menggiti kedua putingku secara bergantian dan terus menerus. Gino puas memainkan kedua buah payudaraku, dia mulai memposisikan penisnya di depan lubang vaginaku. Penis itu menyeruak masuk ke dalam vaginaku hingga benar-benar amblas ditelan vaginaku. Gino mulai memompa penisnya dengan sangat perlahan hingga aku menikmati ketika urat-urat penis Gino bergesekan dengan dinding vaginaku secara terus menerus. Vaginaku terasa penuh sesak ketika vaginaku menjadi tempat peristirahatan sementara bagi penis Gino yang besar.
“ooohh,,”, desah Gino. Gino mengangkat tubuhku sehingga dia duduk dengan kaki bersila sementara aku duduk di atas penisnya dan menaruh pantatku di pahanya. Gino memeluk tubuhku dan mulai mendorong penisnya lebih masuk ke dalam vaginaku sehingga tubuhku juga ikut terdorong ke atas. Gino mendekatkan wajahnya ke payudaraku sehingga payudaraku yang berguncang naik turun bersamaan dengan tubuhku terus menerus bergesek-gesekkan dengan wajah Gino.

5 menit berlalu, Gino mendorong tubuhku sehingga aku tidur terlentang lagi. Gino mengangkat dan mendorong kedua kakiku sehingga kakiku berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Aku merasa penis Gino semakin tertanam lebih dalam karena posisi yang sekarang. Akhirnya, Gino mempercepat sodokannya yang menandakan sebentar lagi dia akan orgasme.
“janganhh,,di,,dalemmhh,,”, erangku terlambat ketika Gino sudah mulai menembakkan spermanya ke dalam vaginaku. Gino melumat bibirku sambil menunggu penisnya selesai memuntahkan isinya ke dalam vaginaku. Aku merasa aneh, penis Gino sudah mengosongkan isinya ke dalam vaginaku, tapi penis Gino sama sekali tidak menyusut. Dengan penis Gino masih tertanam di vaginaku, kami berdua mengobrol.
“No,,kok kontol lo gak lemes?”.
“kan gue pocong,,jadi badan gue ada yang selalu kaku,,”.
“oh iya ya,,lo kan pocong,,lupa gue,,”.
“tadi kenapa? gak mau dikeluarin di dalem?”.
“ya takut hamil lah,,ntar jadi anak pocong,,gimana?”.

“oh iya,,kasian juga kalo lo hamil anak pocong,,”.
“makanye,,tapi udahlah,,udah terlanjur,,pokonya jangan di dalem lagi ya,,”.
“oke,,kalo gitu sekarang lanjut lagi boleh kan?”.
“terserah lo,,”.
“asik kalo gitu,,”. Gino mencabut penisnya dari vaginaku dan menancapkan penis ke lubang anusku. Gino berusaha susah payah karena lubang anusku yang sempit, tapi Gino dengan sabar mendorong penisnya ke dalam anusku agar membuatku tidak merasa kesakitan hingga akhirnya masuk ke dalam anusku. Ronde ke 2 dimulai, kakiku tetap berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Aku merasa nikmat sekali penis Gino yang besar keluar masuk lubang anusku dengan perlahan.
“hheemmhh,,oouuummhh,,”, desahku dengan nafas yang memburu. Gino mencabut penisnya dari anusku agar aku bisa mengambil posisi doggystyle. Setelah aku sudah bertumpu dengan kedua siku dan kedua lututku, Gino langsung menanamkan penisnya lagi ke dalam anusku hingga anusku terasa penuh lagi.

Gino menarik kedua tanganku kebelakang sehingga Gino seperti sedang mengendaraiku dengan kedua tanganku sebagai tali kekangnya.
“pok,,pok,,pok,,”, bunyi benturan tubuh kami berdua ketika Gino mempercepat frekuensi sodokan penisnya ke dalam lubang anusku. Suara nafas yang memburu dan desahan demi desahan kami berdua memenuhi kamarku. Gino menekan penisnya dengan sangat kuat sehingga aku merasakan penisnya benar-benar masuk ke dalam anusku hingga mentok. Lalu dia menyemburkan lahar putihnya yang hangat dan kental ke dalam anusku. Gino melepaskan tanganku supaya aku bisa menahan tubuhku yang lemas. Gino menekan tubuhku sehingga dia menindih tubuhku, dia menciumi leherku, punggungku, dan pundakku serta menjilati kedua kupingku hingga basah oleh air liurnya. Selesai mengisi liang anusku dengan spermanya, Gino mencabut penisnya lalu dia membalikkan tubuhku sehingga aku tidur terlentang lagi. Aku melemparkan senyum manis ke Gino, dia membalas tersenyum dan langsung melumat bibirku lagi.

Gino melepaskan ciumannya, dia melebarkan kakiku lalu dia memasukkan penisnya ke vaginaku lagi hingga amblas ke dalam vaginaku, tapi dia langsung mengeluarkannya lagi hingga benar-benar keluar dari vaginaku. Dia memasukkan penisnya lagi, Gino terus melakukan sebanyak 5x. Aku bingung apa yang dia lakukan jadi, aku bertanya kepadanya.
“No,,lo ngapain sih??”.
“ini,,tadi kan penis gue dari pantat lo,,supaya gak bau,,gue giniin deh,,”.
“oh,,emang lo mau ngapain?”.
“soalnya gue mau gini,,”. Dia langsung menaiki tubuhku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, aku langsung menjilati penis Gino yang berlumuran sperma dan cairan vaginaku sendiri. 10 menit kemudian dia menyemprotkan sperma ke dalam mulutku yang langsung kutelan hingga tak bersisa. Aku bingung karena tadinya aku lemas sekali, tapi setelah meminum sperma Gino aku menjadi segar kembali.
“No,,lo yakin baru pertama kali gituan ma cewek?”.
“iya,,emang kenapa?”.
“kok lo jago banget mainnya?”.
“ama manusia emang baru pertama kali,,tapi ama hantu cewek udah sering,,”.

“hemm,,pantes aja,,lo jago,,tapi kok hantu cewek pada mau ama lo ya?”.
“jelek-jelek gini,,gue terkenal di komplek kuburan gue lho,,”.
“terkenal gimana maksudnya?”.
“pejantan alfa gitu,,”.
“buset,,udah kayak hewan aja ada pejantan alfa,,”.
“iya dong,,gue juga pengen nanya nih,,”.
“mau nanya apa?”.
“kok lo mau ngentot ama pocong jelek kayak gue? padahal lo kan cantik banget,,”.
“tadinya si kasian aja,,lo gak pernah gituan selama hidup lo,,eh gak taunya,,kalo tau lo sering di kuburan sih,,gak gue kasih,,”.
“yah,,tapi kayaknya dari tadi lo keenakan deh,,hehe”, dia menggodaku.
“hehe,,iya sih,,”.
“ya kan bener,,”.
“iya,,iya,,gue ngaku,,eh tapi ****** lo bakal bangun terus kayak gitu?”.
“gak lah,,ntar jam 3 pagi juga turun sendiri,,”.
“kok,,?”.
“itu tandanya gue harus balik ke rumah abadi gue,,”.
“rumah abadi?”.
“kuburan maksud gue,,”.
“hahaha,,gue kira rumah apaan,,”.
“eh Ney,,boleh lagi gak? baru jam 12 nih,,masih lama,,”.
“yauda,,boleh juga,,”.
“nah lo,,ketagian kan lo Ney,,”.
“hehe,,tapi inget ya,,jangan di dalem memek gue lagi,,”.
“oke Ney,,”.

Aku sangat heran kenapa kami berdua bercinta dengan sangat panas, bergairah, dan menggebu-gebu padahal kami berdua baru saja bertemu. Mungkin benar kata Gino bahwa dia adalah pejantan alfa di daerah kuburannya karena aku sangat bergairah malam ini dan aku merasa nyaman sekali menghabiskan malam di atas ranjang bersama Gino meskipun sebenarnya dia adalah pocong. Ronde demi ronde kami lalui bersama untuk menghabiskan malam yang dingin. Gino menuruti perintahku, dia tidak menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Dia menembakkan spermanya ke dalam mulut dan anusku, selain itu dia juga menyemburkan spermanya ke tubuhku baik tangan, telapak tangan, betis, paha, perut, wajahku, kedua buah payudaraku, pantatku, ataupun di dekat bibir vaginaku sehingga aku seperti mandi sperma karena sperma Gino hampir ada di seluruh bagian tubuhku. Jam 3 pun datang, pas sekali ketika Gino selesai menyemburkan spermanya ke wajahku.
“Ney,,udah waktunya gue pulang,,”, katanya karena penisnya sudah melemas.
“iya,,”.
“makasih banget ya Ney,,gue boleh ngentotin lo semaleman,,besok lagi ya,,”.
“iya,,sana cepet pulang,,bentar lagi subuh,,ntar kebakar,,”.
“ok Ney,,daah,,”.
“bye,,”. Gino kembali ke bentuk pocong dan langsung menghilang. Aku sudah merasa ngantuk sehingga aku menutup mataku. Ketika aku sudah hampir tertidur, aku mendengar ada suara.
“tooloonngg,,”, suara itu memang pelan, tapi cukup membuatku tersadar. Aku melihat sekitar dengan mata yang tinggal 0,5 watt dan menemukan sesosok bayangan yang bersuara minta tolong sekali lagi, tapi sehabis itu dia menghilang. Aku yang sudah sangat mengantuk tidak memikirkan itu dan menutup mataku lagi…

Exorcist Girl 2: Suster Ngesot Modern

Semenjak Gino rajin mengunjungiku setiap malam dan selalu membuatku mandi dengan spermanya, aku merasa kulitku menjadi semakin halus dan warna kulitku menjadi semakin putih merona. Selain itu, aku merasa kulit kedua payudaraku dan pantatku menjadi sangat kencang dan sangat kenyal, teman-temanku juga banyak yang bilang kalau wajahku menjadi semakin cantik dan selalu bersinar-sinar setiap hari.
“apa gara-gara peju si Gino ya?”, tanyaku dalam hati. Aku dan Gino sudah berhubungan selama 1 bulan yang membuat Gino menjadi sangat sayang kepadaku, tapi setiap malam sebelum tidur, pasti aku mendengar suara orang minta tolong dan melihat sosok bayangan yang lalu menghilang. Aku semakin penasaran dengan hantu itu, aku mau memanggilnya tapi aku tidak bisa karena aku tidak tau caranya. Akhirnya, aku memutuskan untuk meminta bantuan Gino.
“Gin,,bisa tunggu bentar gak?”, tanyaku ke Gino setelah dia menyemburkan semprotan spermanya yang terakhir karena sudah jam 3.
“ada apa Neysaku sayang?”.
“kamu masuk ke badanku bentar deh,,”.

“emang ada apa sih Ney?”.
“tiap malem ada yang minta tolong ke aku,,tapi pas aku buka mata gak ada apa-apa,,”.
“hantu?”.
“iyalah,,masa maling minta tolong,,gimana sih kamu,,gak pinter-pinter?”.
“ya maap,,”.
“kamu masuk ke badanku dulu,,biar tu setan tetep muncul,,”.
“oke sayang,,”. Gino langsung meloncat dan masuk ke dalam tubuhku. Aku pura-pura mau tidur, benar saja langsung muncul suara minta tolong seperti biasa, ketika aku ingin melihatnya, bayangan itu langsung menghilang. Begitu bayangan itu menghilang, Gino keluar dari tubuhku.
“oh itu namanya Rina,,si suster ngesot,,”.
“suster ngesot? oh iya,,aku tau,,tapi ada apa ya dia minta tolong ke aku?”.
“aduh,,gak tau deh,,”.
“kenapa dia ilang-ilang gitu sih?”.
“kalo itu aku tau,,”.
“kenapa emangnya?”.
“sinyal dia lemah kalo bukan di daerah rumah sakit,,”.
“sinyal? kamu kira operator handphone?”, tanyaku sambil tertawa karena setan itu tergantung sinyal.
“ya emang begitu,,”.
“kok kamu tau sih?”.
“dulu aku pernah ngincer dia,,tapi ditolak,,”.

“emang dia cakep?”.
“cakep makanya aku naksir,,tapi kayak lagu,,cintaku bertepuk sebelah tangan,,”.
“alah,,hahaha,,jangan-jangan kamu masih naksir ama si Rina?”.
“nggak lah,,sekarang udah gak jaman cewek hantu,,soalnya aku udah punya kamu,,cewek manusia yang cantik banget,,hehe,,”.
“bagus deh kalo gitu,,oh ya kamu tau dia muncul di rumah sakit mana?”.
“gak tau,,dia pindah-pindah terus,,”.
“tapi paling sering muncul dimana?”.
“aku gak tau,,maap ya sayang,,”.
“iya,,gak apa-apa kok,,mendingan kamu pulang deh,,udah mau subuh,,”.
“oke,,bye Ney sayang,,sampe besok,,”.
“iyaa,,daah,,”. Gino menghilang dan aku langsung menutup mata karena sudah sangat mengantuk. Untungnya mata kuliahku siang hari sehingga aku bisa tidur tanpa khawatir bangun telat. Aku membuka mataku sambil menegangkan dan meluruskan tubuhku alias ngulet. Aku melihat ke arah jam yang menunjukkan sudah pukul 11 pagi. Aku bangun dari tempat tidur setelah nyawaku sudah terkumpul dan aku sudah merasa segar, aku langsung pergi ke kaca.

Aku bisa melihat tubuhku yang banyak noda-noda sperma yang telah mengering. Aku mandi untuk membersihkan tubuhku dari sperma Gino yang sudah mengering. Tubuhku sudah menjadi bersih dan wangi kembali, aku memakai pakaian yang rapih dan tidak sexy karena sehabis ini aku akan kuliah. Aku sudah sampai di kampus, aku langsung memarkirkan motorku.
“eh neng Neysa,,”, sapa satpam yang biasa menjaga tempat parkir.
“pagi pak Maman,,”.
“ada kuliah siang neng Neysa?”.
“iya pak,,tapi kayaknya Neysa datengnya kecepetan deh pak,,”.
“kalo gitu,,mending ngobrol aja ama bapak,,”.
“aduh pak,,bukannya Neysa,,tapi temen Neysa udah nunggu Neysa di kantin,,”.
“yah,,yaudah deh,,gak apa-apa,,”.
“yaudah,,Neysa ke kantin dulu ya pak,,”. Aku tersenyum ke pak Maman sebelum aku pergi meninggalkannya. Di kantin, Nita dan Hani yang merupakan teman baikku sudah menungguku. Kami bertiga mengobrol dan tertawa-tawa karena aku menceritakan tingkah laku cowok-cowok di kampus yang berusaha mati-matian dan berlomba untuk mendekatiku.

“Nit,,Han,,gue duluan yee,,ada kelas nih,,”.
“oke,,lo jangan godain dosen yee,,”, kata Nita meledekku.
“aduh,,gimana ya,,udah naluri tuh,,sial lo dasar,,udah ah gue duluan ya,,”. Aku sudah menyelesaikan mata kuliahku pada jam 5 sore. Aku berencana pulang, tapi handphoneku tiba-tiba berbunyi.
“ada apa Fin?”, tanyaku karena Fina yang menghubungiku.
“eh,,udah tau belom Ney,,tadi pagi si Oya operasi usus buntu??”.
“ha? yang bener lho? terus lo udah jenguk?”.
“udah,,tadi siang bareng si Edi, Nyoman, ama Evelyn,,”.
“yauda de,,gue jenguk dia,,di rumah sakit mana?”. Dia memberitaukan kepadaku dimana Oya dirawat.
“oke kalo gitu,,lo masih disana?”.
“nggak,,makanya gue nelpon lo,,si Oya maunya ditemenin lo,,gak tau kenapa,,”.
“yauda kalo gitu,,gue berangkat,,bye,,”, lalu aku menutup telpon dan bergegas ke tempat parkir.
“neng Neysa,,kayaknya buru-buru banget,,”.
“ini pak,,Neysa mau jenguk temen,,”.
“oh,,pantes aja,,”. Aku mengambil motorku dan keluar dari tempat parkir.
“Neysa duluan ya pak,,nih,,”, kataku sambil memberikan seribu rupiah.

“neng Neysa mah gak usah,,kasih yang kayak biasa aja,,”, katanya sambil menyodorkan pipinya.
“oh,,oke pak,,”. Aku mencium pipi pak Maman, orang tua genit yang selalu menggodaku.
“daah pak Maman,,”.
“daah,,”. Aku menarik gas motorku dan pergi menjauh dari tempat parkir kampus. Aku memang tidak pernah ngebut kalau mengendarai motor agar selamat. 45 menit kemudian, aku sampai di rumah sakit tersebut. Setelah memarkirkan motor, aku masuk ke dalam rumah sakit. Aku ke meja resepsionis dan menanyakan temanku dirawat di kamar yang mana.
“di kamar nomer 405,,”, jawab suster itu.
“makasih,,”. Aku bergegas menuju ke lift, tentu saja setiap cowok tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dariku. Ternyata, di rumah sakit ini tidak hanya dokter yang telah tua, tapi ada juga dokter yang masih muda dan ganteng. Aku tidak terlalu memikirkan hal itu karena aku ingin segera menemui temanku. Aku sampai juga di depan kamar 405, aku mengetuk pintu.
“masuk,,”, kata seseorang dari dalam kamar.

Aku membuka pintu kamar dan melihat Oya sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
“Halo Oya,,”.
“eh Neysa,,dateng juga lo,,gue udah nunggu dari tadi,,”.
“lo gak bilang gue kalo mau operasi,,”.
“ya gimana mau kasih tau,,gue kan lagi sakit,,”.
“iya juga sih,,eh,,tapi katanya Fina,,lo maunya ditemenin gue? kenapa emangnya?”.
“gini,,kan orang tua gue balik lagi besok,,”.
“terus kenapa?”.
“katanya di sini ada hantu,,gue tau lo kan cewek paling berani di antara temen gue,,”.
“ha? kenapa gak minta ditemenin cowok lo aja?”.
“cowok gue juga sibuk lagian dia paling takut ama yang namanya hantu,,”.
“ah,,payah cowok lo,,”.
“jadi,,lo gak mau nemenin gue yee?”.
“mau ko’,,tenang aja Ya,,gue temenin,,ntar kalada hantu,,biar gue ajak ribut,,”.
“eemm,,dasar tomboi,,gak ilang juga tomboinya,,padahal udah gue ajarin jadi feminim,,”, aku teringat waktu SMP, Oya yang mengajariku menjadi feminim sehingga aku bisa berubah dari cewek tomboi menjadi seperti sekarang, penggoda cowok sejati.

Aku dan Oya mengobrol menghabiskan waktu hingga jam 10 malam, tentu saja aku menyuapinya jika Oya ingin makan dan mengantarnya ke kamar mandi jika ada ‘urusan’.
“Ney,,gue tidur ya,,udah ngantuk,,”.
“oh,,yaudah,,lo emang harus banyak tidur,,”.
“tapi lo jangan pergi yaa,,”.
“iya,,tenang aja,,”. Oya menggenggam tanganku agar tidak meninggalkannya. Aku terus berada di samping Oya hingga dia tertidur pulas ketika sudah jam 11. Gino tiba-tiba muncul di dekat pintu.
“Neysa sayang,,malem ini aku gak bisa nemenin kamu,,soalnya ada rapat di daerah kuburan aku,,”.
“ya elah,,pocong ada rapat juga ya?”.
“ada dong,,aku kan pocong eksekutif,,”.
“ada-ada aja,,yauda ga’ apa-apa,,kebetulan aku juga nemenin temenku ini”.
“oh,,bagus deh kalo gitu,,aku pergi ya,,daah,,”.
“daahh,,”. Gino menghilang dari pandanganku. Tak lama setelah itu, ada yang berteriak minta tolong dan kali ini aku mendengarnya dengan sangat jelas. Aku melepaskan genggaman Oya dengan perlahan.

Setelah tanganku lepas, aku membuka pintu dengan perlahan agar tidak membangunkan Oya lalu aku keluar dan tidak melihat siapa-siapa ataupun sesuatu. Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sangat mencekam dan sangat sepi, belum lagi ditambah suara jangkrik yang membuat suasana menjadi lebih seram. Aku yakin kalau bukan seseorang dengan mental yang kuat pasti tidak akan berani melewati lorong yang sedang kulalui. Tiba-tiba udara menjadi dingin sekali dan suara minta tolong pun semakin kencang.
“sreek,,sreek,,sreek,,”, aku mendengar suara seperti orang sedang menyapu dan suara itu terdengar semakin mendekat. Akhirnya aku bisa melihat dari mana suara itu berasal, aku melihat seorang wanita berpakaian seperti suster dan berjalan dengan ngesot. Pakaian suster itu berwarna putih, tapi ada noda darah dimana-mana membuat pakaian suster itu menjadi kotor.
“lo Rina ya?”, tanyaku setelah dia sudah dekat.
“kamu tau aku?”, tanyanya.
“tau,,gue dikasih tau ama pocong yang namanya Gino,,”.
“oh Gino,,aku inget,,dulu pernah deketin aku,,memangnya dia siapanya kamu?”.

“ya bisa dibilang pacar gue,,”.
“ha?! yang bener? pocong jelek kayak dia punya pacar kayak kamu?”.
“ya gitu deh,,eh,,lo ganti wujud dulu dong,,gak enak banget muka lo,,”, kataku melihat matanya dengan air mata darah yang mengalir dari matanya, rambutnya acak-acakan.
“oke,,”. Rina pun berubah ke wujud manusianya dulu yang cantik.
“kita ngobrolnya duduk aja yuk,,”, ajakku.
“disana ada bangku tuh,,”, kata Rina. Kami duduk di bangku yang kebetulan ada di dekat kami berdua.
“nah,,sekarang,,gue pengen nanya,,kenapa lo muncul setiap gue mau tidur?”.
“soalnya aku mau minta tolong,,”.
“minta tolong apa?”.
“balesin dendam aku,,”.
“balesin dendam?? gue bukan preman,,gimana caranya coba? lagian ngapain minta tolong ke gue?”.
“gini,,aku kan diperkosa terus kakiku dibikin lumpuh baru aku dibunuh,,”.
“terus?”.
“nah aku pengen minta kamu balesin dendamku,,”.
“kenapa harus gue?”.
“kamu kandidat yang paling cocok untuk membalaskan dendamku,,”.

“maksudnya?”.
“kamu kan cewek,,cantik,,sexy,,”.
“kan banyak yang lebih cantik dari gue?”.
“iya,,tapi cuma kamu yang bisa ngeliat hantu dan gak lari ketakutan,,jadi aku mutusin untuk minta bantuan kamu,,”.
“tapi kok lo tau-tauan gue bisa ngeliat hantu ‘n gak takut ama hantu?”.
“aku udah sering denger kabar dari hantu-hantu yang pernah nyoba nakut-nakutin kamu,,”.
“oh gitu,,tapi bentar deh,,lo bukannya paling seneng nakut-nakutin orang?”.
“please deh,,udah 2008 gitu loh,,orang-orang udah banyak yang gak percaya ama hantu lagian aku bosen nakut-nakutin orang mulu,,”.
“oh iya ya,,sekarang malah ada ketik REG HOROR,,”.
“makanya itu,,sekarang hantu dijadiin barang dagangan,,jadi,,kamu mau nolong aku gak?”.
“mau,,tapi gue kan gak tau muka ‘n alamat orang yang merkosa lo dulu,,”.
“bentar,,aku ngambil sesuatu dulu,,”. Rina menghilang beberapa detik dan dia kembali lagi muncul di sampingku dengan laptop di pangkuannya.
“ini laptop lo Rin?”.
“iya,,bentar ya aku mau nyari informasi orang yang bunuh aku dulu,,”.

“kok hantu punya laptop?”.
“punya dong,,”.
“hebat ya hantu zaman sekarang,,”.
“iya dong,,ngikutin manusia,,eh nih udah dapet,,mana hape kamu,,aku kirim lewat bluetooth,,”.
“buset,,lo ngerti bluetooth juga?”.
“iya dong,,hari gini gak ngerti bluetooth,,capek deh,,”. Setelah foto dan alamat 3 orang pemerkosa si Rina kuterima di hpku, aku langsung membaca alamatnya.
“ya ampun,,ada profesinya segala,,lengkap amat,,”.
“iya,,hebat kan?”.
“iya deh,,eh tapi gimana caranya gue bisa balesin dendam lo?”.
“kamu harus ngebolehin 3 orang itu nyemprotin sperma ke dalam vagina kamu,,”.
“ha? terus ntar kalo gue hamil gimana?”.
“tenang aja,,ntar sebelum gituan kamu suntik ini ke badan kamu,,”, katanya sambil menyerahkan 3 jarum suntik yang berisi cairan putih.
“cairan apa nih?”.
“ada deh,,pokonya bisa cegah kamu hamil deh,,”.
“iya deh,,tapi gak malam ini gak apa-apa kan?”.
“ya itu terserah kamu,,udah ya aku pergi dulu,,mau ngapel,,”.
“dasar hantu zaman sekarang ikut-ikut manusia aja,,”.
“iya dong,,kita juga gak mau kalah,,udah ah daah,,”.
“daah,,”.

Rina menghilang, aku menaruh 3 suntikan itu di tasku ketika aku sudah berada di kamar Oya lagi. Setelah itu, aku duduk di sampingnya dan ikut tertidur karena suasana rumah sakit yang sepi membuatku mudah mengantuk. Aku terbangun karena ada seseorang yang menggoyang.
“nak Neysa,,nak Neysa,,”.
“ada apa?”, aku membuka mataku secara perlahan. Ternyata yang membangunkanku adalah ayahnya Oya.
“eh om,,”, kataku sambil mengucek-ngucek mataku.
“makasih ya nak Neysa udah mau nemenin Oya semaleman,,”.
“iya Neysa,,makasih ya,,kami jadi gak enak,,”, tambah ibunya.
“iya Ney,,thanks banget,,udah nemenin gue semalem,,”.
“ah gak apa-apa,,kan Neysa udah dianggep keluarga,,oh iya,,sekarang udah jam berapa ya?”.
“udah jam 9,,”, kata ibunya Oya.
“kalo gitu,,om,,tante,,Neysa pergi kuliah dulu ya,,”.
“kamu gak mandi,,Neysa?”, tanya ayahnya Neysa
“gak usah om,,Neysa udah ampir telat,,”.
“iya pah,,Neysa gak mandi juga banyak yang naksir,,”.
“alah,,apaan si lo Ya,,bentar om,,tante,,Neysa mau cuci muka.

Setelah mencuci muka, aku menyemprotkan parfum ke tubuhku.
“om,,tante,,Neysa pulang dulu ya,,Oya,,gue pulang dulu ya,,dah semuanya,,”.
“dah,,makasih ya Neysa,,”. Aku meninggalkan rumah sakit dan segera menuju ke kampus karena ada mata kuliah yang harus kuhadiri. Akhirnya, aku sampai di tempat parkir kampus. Aku memakai cardigan yang ada di tasku agar tidak terlihat kalau aku tidak ganti baju. Benar-benar capek hari itu, ditambah lagi aku belum mandi sehingga aku merasa gerah sekali. Begitu selesai mata kuliahnya, aku langsung pulang meskipun banyak yang mengajakku jalan-jalan baik temen cowok maupun temen cewek, tapi aku menolak karena aku harus segera mandi jika tidak pasti aku akan merasa tidak betah pergi kemana-mana. Setelah sampai di rumah, aku langsung mandi. Guyuran air dingin membuatku merasa seperti hidup kembali karena begitu segar. Seusai mandi, aku melihat jam yang baru menunjukkan pukul 4 sore.
“ah,,baru jam segini,,enaknya ngapain ya?”.

“oh iya,,”, kataku setelah ingat kejadian di rumah sakit kemarin malam. Aku melihat hpku yang ada identitas 3 orang pemerkosa si Rina.
“gue ngecek alamatnya aja ah,,”. Aku memakai pakaian santai karena aku hanya mengecek alamat saja. Target pertamaku adalah pak Yunus, seorang supir angkot yang sudah mempunyai istri dan 2 anak. Pas sekali, ketika aku berhenti di depan rumahnya, ada angkot yang berhenti juga. Aku menduga kalau orang yang turun dari angkot adalah pak Yunus karena mirip sekali dengan yang ada di foto. Setelah aku sudah yakin, aku langsung memacu gas motorku meninggalkan daerah itu sebelum pak Yunus melihatku. Aku melihat ke jam tanganku.
“yah,,baru jam setengah 6,,kemana dulu ya?”. Aku melihat ada tukang siomay, aku pun langsung berhenti karena siomay adalah favoritku dari dulu. Aku memakirkan motorku di dekat gerobak siomay lalu duduk sambil membuka helmku.
“bang,,somay 1 piring ya,,jangan pake pare, kol, ama kentang ya bang,,”.
“pake telor gak neng,,”.
“pake bang,,”.

“ini neng,,”, katanya berbalik sambil menyerahkan sepiring siomay kepadaku. Dia terlihat kaget melihatku dan terdiam sebentar.
“kenapa bang?”.
“ah nggak neng,,neng bukan orang sini ya?”.
“ya Bang,,kok abang bisa langsung tau?”.
“soalnya saya baru pertama kali ngeliat neng,,lagian cewek di sekitar sini gak ada yang cantik banget kayak neng,,”.
“ah abang,,bisa aja,,”.
“saya boleh duduk di sebelah neng gak?”.
“ya boleh lah,,masa gak boleh,,”.
“makasih neng,,”. Kami mengobrol untuk mengakrabkan diri sambil aku terus melahap siomay yang ada di piringku.
“yah abis,,tambah lagi dong Bang,,”.
“buset,,neng Neysa,,cantik cantik,,makannya kuat juga,,”.
“bukan gitu Bang,,somaynya enak sih,,lagipula Neysa emang suka somay,,”.
“oh,,yaudah,,sini saya tambahin,,”. Aku mulai memakan siomay ronde ke 2ku sambil terus mengobrol dengan tukang siomay.
“udahan ni bang,,berapa jadinya?”.
“gak usah,,buat neng Neysa yang cantik,,”.
“jangan gitu dong bang,,nih Neysa bayar,,”, aku menyerahkan 15 ribu ke tangan tukang siomay itu.

“loh,,banyak amat,,kan cuma 8 ribu,,”.
“gak apa-apa bang,,udah ya bang,,Neysa mau pulang,,udah sore,,”.
“yaudah deh,,makasih banget ya neng Neysa,,”.
“sama-sama bang,,”. Aku pulang ke rumah, tapi aku sengaja mengambil rute yang panjang karena aku ingin menghabiskan waktu terlebih dulu. Sebelum sampai di rumah, aku masih sempat mampir ke kafe tempat hangout anak-anak gaul. Setelah sudah jam 8 malam, barulah aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah dan sudah memarkirkan motorku, aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke kamar. Baru sebentar aku tidur terlentang di kasur, Gino sudah muncul.
“alo Neysa sayang,,”.
“yah,,dia udah muncul aja,,”.
“iya dong,,kan udah jatah,,”.
“iya deh,,tapi aku mandi dulu ya,,”.
“kalo gitu aku temenin deh,,hehe,,”.
“boleh,,asal kamu jadi manusia dulu,,”.
“oke,,gampang,,”, lalu Gino merubah dirinya menjadi bentuk manusia.
“nah kalo gini kan,,kamu bisa lebih luwes gerakannya,,”.
“yaudah yuk,,”.

Aku dan Gino memang sering mandi bersama karena Gino paling suka menyabuniku yang membuat tubuhku menjadi berkilauan karena sabun, menurutnya aku menjadi semakin seksi jika sedang seperti itu. Malam itu pun aku lewati bersama Gino dengan penuh kemesraan, kehangatan, dan dikuasai nafsu birahi.
“No,,kayaknya kamu 3 malem gak usah ke sini dulu deh,,”.
“kenapa?”.
“soalnya,,aku mau bantuin Rina bales dendam,,”.
“oh,,yaudah,,aku juga ada urusan,,”.
“wah,,pas banget ya,,”.
“iya,,kayaknya kita emang jodoh,,”.
“ih,,enak aja,,masa jodoh aku pocong sih,,gak deh,,”.
“ya kali aja gitu,,hehe”.
“tapi kayaknya kamu jadi sibuk banget,,emang kamu mau ngapain?”.
“aku mau studi banding antara pocong,,”.
“emang bener-bener deh,, setan jaman sekarang aneh banget,,”.
“yaudah ya Neysa sayang,,udah jam 3,,aku harus pulang,,daah,,”.
“yaudah,,bye,,”. Seperti biasa, setelah Gino menghilang, aku langsung tidur. Besok adalah hari Minggu sehingga aku bisa tidur dengan santai. Keesokan hari aku menghabiskan waktu dari jam 10 pagi sampai jam 9 malam bersama pacarku yang ‘asli’ dan teman-temanku.

Aku pulang dulu ke rumahku untuk mandi sebelum menjalankan rencana untuk menemui target pertamaku. Seusai mandi, aku memakai baju ketat tanpa lengan berwarna putih sehingga bentuk kedua buah payudaraku tercetak jelas di kaosku. Untuk bawahannya, aku memakai rok selutut dengan celana dalam yang berwarna pink. Ketika akan pergi, aku baru ingat kalau harus menggunakan suntikan yang diberikan oleh Rina sebelum menuntaskan target. Aku mengambil suntikan dari meja dan membuka penutup jarumnya.
“aduh gue lupa nanya ma Rina,,suntikin ke mana ni yee?”. Aku mencuci jarumnya dengan alkohol agar steril.
“tau ah,,gue suntik ke pantat gue aje ah,,”. Aku pun membuka rok dan celana dalamku, lalu aku menyiapkan daerah pantatku yang akan kutancapkan jarum suntik dengan mengelus-elus menggunakan kapas yang telah kutuangi alkohol. Akhirnya, aku selesai menyuntik diriku sendiri dan cairan yang ada di jarum suntik tadi sudah berada di dalam tubuhku.

Aku memakai celana dalam dan rokku lagi, lalu aku pergi ke tempat tujuan menggunakan taxi. Aku turun dari taxi begitu sampai di tempat tujuanku. Aku menunggu di jalan yang biasa dilewati angkot pak Yunus. Tak begitu lama, angkot lewat dan mendekatiku, setelah aku yakin kalau supirnya adalah pak Yunus aku naik angkot tersebut. Hanya ada 2 penumpang, 1 orang cowok bertampang alim dan 1 cewek bertampang alim juga, kelihatannya mereka adalah sepasang kekasih. Hanya beberapa meter dari tempatku naik, mereka berdua turun.
“neng,,kok malem-malem masih ada di luar,,”.
“iya pak,,saya abis dari rumah temen,,”.
“emang neng gak takut malem-malem pulang sendiri?”.
“yaa abis gimana lagi pak,,”.
“masa neng gak punya pacar,,”.
“punya,,tapi dia lagi sibuk,,”.
“oh,,”. Tiba-tiba pak Yunus menghentikan angkot.
“bentar ya neng,,mau buang air kecil dulu,,”.
“oh,,yaudah,,cepet ya pak,,”. Sekitar 5 menit menunggu, pak Yunus tidak kembali juga, malah tiba-tiba ada yang menyekap mulutku dari arah belakang karena jendela yang ada di dekatku terbuka.

Ternyata sapu tangan yang digunakan mengandung obat tidur sehingga hanya dalam 30 detik setelah meronta-ronta, aku merasa benar-benar mengantuk dan tak lama kemudian aku pingsan. Dalam keadaan 3/4 pingsan, aku merasa tubuhku diangkat sebentar dan didudukkan lagi, setelah itu barulah aku tidak tau apa yang terjadi. Aku tersadar ketika aku merasa puting kananku basah, hangat, dan juga ada rasa geli sekaligus nikmat. Spontan, aku membuka mataku dan melihat pak Yunus sedang melahap puting kananku serta menggiti puting kananku seperti marmut sedang menggigiti biji matahari, pelan-pelan tapi cukup keras. Lalu dia berganti memainkan puting kiriku sambil membuat kedua buah payudaraku basah karena air liurnya.
“eh neng udah bangun,,kalo gitu,,bapak bisa nyipok neng,,”, kata pak Yunus sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Dia membuka plester yang menutup mulutku, dia langsung melumat bibirku habis-habisan.

Dia mengemut bibir atas dan bibir bawahku sebelum dia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, aku tidak mampu menahan gerakan lidahnya yang bergerak-gerak di dalam rongga mulutku mencari lidahku untuk diajak bertarung. Aku tidak punya pilihan lain selain menggerakkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit. Selama berciuman, aku bisa menatap kedua mata pak Yunus yang sudah berapi-api karena sudah sangat bernafsu melihat tubuhku.
“emang beda,,bibir cewek cakep,,lembut banget,,gak kayak bibir si Parni,,”, komentarnya setelah puas melumat bibirku. Dia menutup bibirku lagi dengan selotip tadi, aku baru sadar tanganku terikat ketika aku ingin menggerakkan tanganku. Pak Yunus kini berada di depan kakiku yang kututup rapat. Dia membuka kedua kakiku selebar mungkin, tapi aku masih berusaha menutup kedua kakiku agar pak Yunus tidak mendapatkan akses ke vaginaku. Pak Yunus tidak mudah menyerah untuk mendapatkan akses ke vaginaku, akhirnya dia berhasil menempatkan kepalanya di depan vaginaku.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain berusaha merapatkan kedua pahaku yang putih mulus sambil berharap agar dia tidak nyaman dan menarik kepalanya dari vaginaku, tapi pak Yunus malah asyik dan terlihat nyaman menjilati daerah selangkanganku dan juga klitorisku. Tubuhku menggeliat-geliat yang menandakan kalau aku tidak bisa menolak rasa nikmat yang sedang melanda diriku, tapi dengan tangan terikat pada balok yang ada di langit-langit ruangan ini dan dengan mulut tertutup lakban sehingga aku tidak bisa mengeluarkan suara, itu semua membuatku hanya bisa menutup mata sambil menggeliatkan tubuhku.
“mmmfffhh,,”, desahanku tertahan lakban ketika pak Yunus menjilati dan menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya. Aku tidak sanggup menahan lagi setelah 5 menit pak Yunus mengobok-ngobok vaginaku dengan mulutnya sehingga pak Yunus bisa mencicipi dan menyeruput cairan vaginaku hingga tak bersisa.
“neng,,keenakan aja pake sok gak mau segala,,”, komentarnya.
“sekarang mulai ah,,gak sabar pengen ngerasain memek cewek cakep,,”.

Aku tak bisa merapatkan kedua pahaku untuk menjepit kepala pak Yunus agar tidak bergerak karena aku lemas sehabis orgasme tadi. Pak Yunus membuka celana dan celana dalamnya sehingga aku bisa melihat penisnya yang sama besar seperti punya Gino. Dia menaruh kedua kakiku di pundaknya sementara dia memposisikan penisnya di depan lubang vaginaku. Lalu dia mendorong penisnya masuk ke dalam vaginaku secara perlahan. Meskipun penisnya tergolong besar, aku tidak merasa pedih karena vaginaku sudah terbiasa dengan penis Gino yang hampir sama dengan penis pak Yunus. Begitu penisnya sudah tertanam di dalam vaginaku, pak Yunus mulai menggenjot vaginaku. Sambil memompa penisnya keluar masuk, pak Yunus menjilati kedua telapak kakiku yang membuatku kegelian dan ingin menarik kakiku, tapi tak bisa karena dia memegangi kakiku.
“padahal kaki,,tapi kok wangi juga ya,,kalo cewek cantik emang beda,,semuanya wangi,,gak ada yang bau,,”, katanya sambil terus menciumi dan menjilati telapak serta jari-jari kedua kakiku secara bergantian.

Rasa nikmat dan geli yang teramat sangat membuatku mendapatkan orgasme kedua.
“mmmfffhhh,,”, desahku tertahan lakban. Pak Yunus jago memainkan ritme genjotannya. Kadang dia memompa vaginaku dengan ritme yang sangat pelan seperti ingin merasakan kehangatan dan himpitan dinding vaginaku, dan kadang dia menggenjot vaginaku dengan irama cepat seperti sedang diburu waktu. Selain variasi ritme, dia juga ahli dalam variasi sodokan. Misalnya, dia tusukkan penisnya dengan sangat kuat ke dalam vaginaku dan menarik penisnya keluar dari vaginaku dengan sangat perlahan lalu dia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku lagi dengan sangat perlahan hingga penisnya mentok kemudian dia mencabut penisnya keluar dari vaginaku dengan sangat cepat, selain itu dia juga mempunyai bermacam-macam teknik lainnya. Pak Yunus mendorong penisnya ke dalam vaginaku hingga mentok lalu dia mulai menembakkan spermanya ke dalam vaginaku. Vaginaku terasa hangat ketika sperma pak Yunus yang hangat dan kental terus menerus ke dalam vaginaku.

Setelah semburan sperma dari penis pak Yunus, aku bisa merasakan penisnya mulai menyusut sementara pak Yunus menciumi betis kiriku. Ketika sedang masa ‘tenang’, tiba-tiba ada seseorang membuka pintu.
“buset,,ada yang lagi enak toh,,”, aku tidak bisa melihat orang itu, tapi aku tau kalau orang yang datang itu adalah laki-laki dari suaranya.
“parah lo Nus,,punya barang bagus kayak gini gak bilang-bilang,,”.
“bukannye gitu,,”.
“ah,,udehlah,,gue manggil yang laen dulu,,”.
“woy,,yang mau anget-anget ke sini !!!”, teriak orang itu. Satu per satu terus memasuki ruangan dan berdiri mengelilingiku dan pak Yunus. Aku bisa menghitung orang yang masuk ada 12 orang.
“gue kira ada kopi gratis,,taunya malah ada cewek cantik yang udah siap dientot,,”.
“parah lo Nus,,pengen enak sendirian,,”.
“ya,,tapi kan gue baru aja mau manggil lo pada,,”, balas pak Yunus.
“udeh lo,,minggir,,gantian,,sekarang giliran kite,,”.

Pak Yunus langsung berdiri dan menjauh meninggalkan aku yang sudah dikelilingi 12 bapak-bapak yang sudah sangat bernafsu melihat tubuh putih mulusku yang terikat tak berdaya dan sudah pasrah kepada apapun yang akan mereka lakukan.
“yah,,padahal gue pengen jilatin memek ni cewek,,tapi udah ada peju si Yunus,,”, kata seseorang kecewa melihat ada sperma yang meleleh keluar dari vaginaku.
“mending lo bantuin iketan tangannye,,’n plester biar lebih hot pas dientot,,”. Memang, ikatan tanganku dibuka dan plester yang menutupi mulutku dilepas, tapi setelah itu mereka langsung berebut menjilati seluruh bagian tubuhku. Mereka mengerubungiku bagaikan 12 ekor semut menemukan gula. Seluruh bagian tubuhku tidak ada yang terlewat dari jilatan-jilatan mereka kecuali vaginaku tentunya. Setelah tubuhku sudah berlumuran campuran air liur 12 orang, mereka langsung menggilir vagina, anus, dan mulutku baik sendiri-sendiri ataupun langsung 3 some. Ketiga lubangku sudah menjadi tempat pelancongan dari 12 penis yang masing-masing mempunyai bentuk, ukuran, tekstur, dan bau yang berbeda-beda.

Meskipun berkali-kali aku orgasme, aku tidak merasa capek sama sekali, mungkin karena suntikan yang diberikan oleh Rina. Masing-masing dari 12 orang itu minimal telah menyemburkan spermanya sebanyak 4x baik ke dalam 3 lubangku atau ke tubuhku. Entah sudah berapa jam tubuhku menjadi tempat pembuangan sperma ke 12 orang itu, aku hanya tau tubuhku sudah benar-benar belepotan sperma bahkan mungkin aku terlihat seperti memakai pakaian yang terbuat dari sperma. Penderitaanku berakhir sudah ketika 2 orang terakhir menyemburkan sperma ke wajahku disusul oleh temannya yang juga menyemburkan spermanya ke wajahku.
“gila,,puas banget gue ngentotin cewek cakep,,”.
“iyee,,mantep banget,,kont** gue ampe gak bisa bangun lagi,,”.
“bener gue juga,,kalo gitu mendingan kite tidur aje,,noh yang laen juga pada tepar gara-gara terus-terusan buang peju ke jablay cakep ini,,”, kata orang itu sambil menunjuk ke arahku.
“nyok ah,,gue juga udah lemes banget,,biarin aje ni jablay istirahat dulu,,ntar pagi-pagi sebelom narik kite entotin lagi,,”.

“sip banget tuh ide lo,,gue mau tidur nyembari melukin baju die ah,,siape tau di dalem mimpi,,gue bisa nerusin,,”.
“kalo gitu gue roknye aje deh,,soalnye cdnye ame si Bejo,,terus bhnye ame si Jupri,,”.
“yaude,,nyok tidur nyok ah,,”. Mereka bergabung dengan 10 orang yang lain yang sudah tertidur pulas. Staminaku memang masih ada, tapi aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sedikitpun. Aku hanya bisa terbaring diam menutup mata berharap ini semua hanyalah mimpi buruk. Lama juga aku terdiam sambil memejamkan mata, mungkin aku sempat tertidur sebentar dan seiring dengan waktu seluruh sperma yang ada di tubuhku mulai mengering. Tiba-tiba ada seseorang yang masuk dan mengangkat tubuhku yang ada bekas gigitan dan bekas cupangan dimana-mana serta sudah berlumuran 3 macam cairan yaitu keringat, air liur, dan sperma meskipun telah mengering dan menjadi kerak di tubuhku. Setelah di luar, barulah aku tau kalau yang sedang mengangkat tubuhku adalah pak Yunus.

Dia menaruhku di dalam angkotnya, di samping kursi supir. Dia menyalakan mobilnya dan memacu mobilnya menjauh dari rumah itu.
“maaf neng,,bapak gak tau kalo neng bakal jadi begini,,”, katanya sambil terus menyupir.
“…”, aku tidak menjawab karena aku bingung harus menjawab apa.
“tadinya bapak cuma mau nyobain memek neng sekali aja,,soalnya gak tahan ngeliat body neng,,tapi malah ketauan ama Juki,,jadinya neng begini deh,,maap banget neng,,”.
“udah lah pak,,udah berlalu,,”.
“ya,,tapi maap banget neng,,”.
“iya,,oh ya pak,,kaca mobil ini bisa keliatan dari luar gak pak?”.
“oh iya,,bapak lupa ngambilin baju buat neng,,jadinya,,neng telanjang kayak gini deh,,maap neng”.
“iya,,tapi bisa keliatan dari luar gak?”.
“nggak neng,,”.
“yaudah,,kalo gitu,,”.
“maap banget neng,,sebagai permintaan maap,,bapak anterin sampe rumah neng deh,,”.
“makasih pak,,”.
“rumah neng dimana?”.
“di jalan Kembang Setan pak,,”.
“wah,,itu jauh banget dari sini,,tapi gak apa-apa deh,,bapak udah salah,,”.

“bapak kurang ajar ya,,udah bikin neng kayak gini,,tapi bapak belum tau nama neng,,”, katanya sambil mengemudi.
“oh,,nama saya Neysa,,bapak namanya siapa?”, tanyaku pura-pura tidak tau.
“nama bapak,,Yunus,,oh iya neng Neysa mau pake baju bapak biar gak kedinginan?”.
“ah gak usah pak,,saya gak kedinginan,,”.
“tapi rumah neng Neysa itu jauh banget lho,,ntar neng Neysa sakit gara-gara gak pake baju,,”.
“gak apa-apa pak,,lagian gak keliatan ini dari luar,,”.
“tapi kan keliatan ama bapak,,”.
“ya kan bapak juga udah ngeliat badan saya,,”, balasku.
“iya juga sih,,hehe,,”, arah pembicaraan kami pun berubah menjadi menjurus ke hal yang berbau seks dan akhir dari pembicaraan kami membuatku jadi menghangatkan penis pak Yunus dengan mulutku selama perjalanan ke rumahku. Karena lumayan jauh, pak Yunus bisa menyemburkan spermanya ke dalam mulutku lebih dari 3x. Akhirnya, sampai juga di depan rumahku, aku mau turun sendiri, tapi aku masih belum bisa menggerakkan tubuhku.
“pak,,bisa tolong gendong saya masuk ke dalem gak? saya lemes banget,,”.

“tapi orang tua neng Neysa?”.
“saya tinggal sendiri,,”.
“oh,,yaudah kalo gitu,,bapak bakal gendong neng Neysa ampe kamar neng Neysa,,”. Pak Yunus turun dan mengangkat tubuhku masuk ke dalam rumah dan menuju kamarku. Lalu dia menaruh tubuhku di ranjang.
“neng Neysa,,sebenarnya bapak mau nemenin neng Neysa,,tapi bapak harus pulang,,ntar bini bapak,,si Parni nyariin bapak,,”.
“oh,,yaudah,,”.
“lagian siapa juga yang mau ditemenin bapak-bapak yang umurnya udah 48 pas lagi lemes gini,,”, kataku dalam hati.
“sekali lagi bapak minta maap banget,,udah bikin neng Neysa jadi begini,,”.
“iya pak,,saya maapin,,ati-ati di jalan pak,,”.
“makasih buat semuanya ya neng Neysa,,daah,,”.
“daah,,”. Tak lama setelah pak Yunus pergi, Rina si suster ngesot muncul di sampingku dalam bentuk manusianya.
“ya ampun,,kok kamu jadi kayak gini?”, tanyanya setelah melihat tubuhku yang banyak noda sperma kering dimana-mana.
“Rin,,kayaknya gue gagal deh,,”.
“gagal kenapa?”.

“di memek gue,,bukan cuma ada pejunya si Yunus,,tapi juga ada peju 12 orang yang laen,,tadi gue diperkosa,,”.
“tapi yang pertama kali nyiram vagina kamu siapa?”.
“Yunus,,emang kenapa?”.
“kalo gitu kamu gak gagal,,”.
“haduh,,gue gak ngerti,,”.
“yaudah,,aku tunjukkin,,”.
“sebelum itu,,gue pengen nanya lagi,,kok gue gak lemes tapi gue gak bisa gerakkin badan gue?”.
“iyalah,,sebenarnya kalo gak make suntikan dari aku,,kamu udah pingsan diperkosa 12 orang,,”.
“oh,,jadi suntikan yang dari lo,,bikin energi gue gak abis tapi badan gue tetep lemes,,”.
“iya,,oh iya,,aku buat kamu supaya bisa gerak lagi,,”. Dia menyentuh keningku dengan telunjuknya dan sekejap aku bisa menggerakkan tubuhku lagi.
“pluk,,”, aku mendengar suara seperti ada yang lepas dari dalam tubuhku.
“sekarang kamu ambil ember,,jangan banyak tanya,,”.
“okeh,,”. Aku mengambil ember sesuai perintah Rina dan kembali ke Rina.
“terus sekarang ngapain?”, tanyaku.
“kamu taro embernya tepat di bawah vagina kamu,,”. Aku melakukan sesuai perintah Rina.

“nah sekarang,,kamu diem aja,,”. Dia berjongkok di hadapanku dan melihat vaginaku.
“maap ya Neysa,,vagina kamu ampe jadi gini,,”.
“iya,,gak apa-apa,,tapi lo mau ngapain?”.
“kamu diem aja,,”. Tanpa aku duga, Rina memasukkan 2 jarinya ke dalam vaginaku dan mulai menggerakkan 2 jarinya itu keluar masuk vaginaku.
“lo ngapainhhh???”, tanyaku sambil mendesah keenakan. Aku berpegangan ke pundak Rina karena kedua kakiku gemetaran. Dia tidak menjawab, tapi dia terus mengocok vaginaku dengan 2 jarinya. Rina mempercepat gerakan kedua jarinya sehingga dalam waktu 7 menit, aku orgasme. Aku kaget sekali ketika Rina mencabut kedua jarinya dari vaginaku karena cairanku putih kental mengucur dari vaginaku ke ember kecil yang ada di bawah vaginaku bagaikan air terjun yang jatuh ke bawah.
“kok banyak banget?!”, tanyaku kaget.
“ini sperma yang ada di dalam tubuh kamu,,”.
“bukannya udah kering? lagian kayaknya gak banyak gini,,”, kataku melihat ember kecil yang sudah terisi setengahnya.

“ini sperma dari vagina, anus, ama mulut kamu,,”.
“kok bisa??”.
“bisa dong,,aku kan suster hantu yang udah profesional,,”. Cairan dari vaginaku terus mengucur keluar dan berhenti pas ember kecil itu sudah penuh. Tiba-tiba Rina memasukkan tangan kanannya seperti mencari sesuatu. Dia mengeluarkan kristal dari cairan itu.
“apaan tuh?”.
“suntikan yang aku kasih bakal nangkep sperma yang pertama kali masuk terus jadi kristal ‘n nyumbat saluran vagina kamu jadi kamu gak bakal hamil,,”.
“ooh,,akhirnya gue ngerti,,”. Lalu dia membaluri dari klitorisku hingga ke lubang anusku dengan cairan yang ada di ember.
“terus sekarang lo ngapain?”, tanyaku lagi.
“aku bisa bikin vagina dan anus kamu balik ke bentuk semula pake cairan ini,,”.
“ohh,,gitu,,tapi kok gue gak ngerasa apa-apa?”.
“iyalah,,emangnya sihir,,bisa langsung,,”.
“oh iya,,iya,,eh iya gue lupa mau nanya,,”.
“nanya apaan?”.
“bukannya lo kalo muncul di luar rumah sakit,,sinyal lo lemah?”.

“oh,,itu,,aku udah ganti operator jadinya sinyalnya kuat deh,,”.
“alah,,kayak hape aja,,”.
“udah ah,,aku pulang ya,,udah mau subuh,,oh iya,,sebelum tidur kamu harus tuang cairan yang ada di ember itu ke badan kamu,,,”.
“kenapa?”.
“pokoknya ikutin aja,,”.
“iya deh,,tapi gue boleh mandi?”.
“gak boleh,,”.
“yah,,masa ntar gue tidur lengket-lengketan,,”.
“terserah kamu,,mau ngikutin perintah aku apa tubuh kamu tetep kayak gitu,,banyak bekas gigitan ‘n cupangan,,”.
“ah,,jahat lo,,iya deh,,gue ikutin,,”. Rina pun menghilang, aku memutuskan menjalani perintahnya. Aku membawa ember itu ke kamar mandi, aku menumpahkan isinya ke kepalaku sehingga mengalir hingga ke kakiku lalu aku meratakannya ke seluruh tubuhku. Aku tidak mau kasurku jadi kotor, oleh karena itu aku menunggu cairan yang menyelimuti tubuhku mengering, setelah itu aku baru tidur. Begitu aku terbangun keesokan harinya, aku menyadari bekas gigitan dan bekas cupangan hilang dari tubuhku serta lubang vagina dan anusku yang tadinya terbuka lebar jadi rapet kembali.

Lalu aku langsung mandi untuk membersihkan tubuhku dari sperma yang telah menjadi kerak di tubuhku. Target keduaku adalah pak Parjo, seorang bapak-bapak berumur 45 tahun yang berprofesi sebagai tukang ojek dan mempunyai istri serta 1 orang anak. Seperti kemarin, aku mengecek alamat pak Parjo saat hari siang ketika sudah pulang kuliah. Karena pak Parjo adalah tukang ojek, aku harus mencari pangkalan ojek yang biasa dia datangi. Dengan bertanya ke orang-orang, akhirnya aku bisa menemukan tempatnya. Malamnya sekitar jam 10 malam, aku pergi menjalankan tugas tanpa rencana sama sekali dengan menggunakan motorku. Aku mendatangi pangkalan ojek tersebut, tapi aku tidak menemukan pak Parjo. Aku bertanya ke 2 tukang ojek yang sedang mangkal di pangkalan ojek itu. Mereka bingung kenapa cewek cantik sepertiku mencari pak Parjo yang berwajah jelek pada malam hari, aku bilang saja kalau aku keponakannya. Mereka mengatakan kalau malam ini, pak Parjo sedang ronda malam di pos ronda yang lumayan jauh dari pangkalan ojek itu.
Aku mencari pos ronda di sekitar situ dan akhirnya aku menemukan pos ronda yang dimaksud 2 tukang ojek tadi. Aku baru sadar kalau motorku kehabisan bensin ketika motorku tiba-tiba berhenti. Terpaksa, aku mendorong motorku hingga mencapai pos ronda. Di dalam pos ronda, ada 3 orang. 2 orang bapak-bapak yang sedang main catur dan 1 pemuda yang sedang merokok.
“maaf mas,,bisa minta tolong gak?”, tanyaku ke pemuda yang sedang merokok.
“oh ya ada apa ya?”, tanya pemuda itu sementara 2 orang bapak-bapak yang tadi main catur langsung melihat ke arahku.
“ini mas,,bensin saya abis,,abang punya bensin gak?”.
“aduh,,gue gak punya,,”.
“eh,,Udin,,cewek cakep minta tolong kok gak ditolongin?”, kata seorang bapak.
“tapi gimana pak? disini kan emang gak ada bensin,,”, balas pemuda itu.
“ya lo beliin kek di sono,,kan si Yasir jualan bensin eceran,,”, kata bapak yang aku tau dari wajahnya kalau itu adalah pak Parjo.
“tolong banget ya mas,,ini duitnya,,”, kataku sambil menyerahkan uang 25 ribu.

Pemuda itu mengambil uang yang kuberikan dan berangkat meskipun dia terlihat sangat malas.
“sini neng,,nunggunya sambil duduk aja,,”.
“ntar gak ganggu nih?”.
“ah nggak kok,,neng duduk aja,,biar gak capek,,”.
“makasih ya pak,,”. Aku duduk di tepi pos ronda tersebut. Mereka langsung meninggalkan permainan catur dan duduk mendekat ke arahku.
“lho pak,,kok gak diterusin maen caturnya? padahal saya pengen ngeliat,,”.
“gak ah,,gak usah,,masa ada orang didiemin,,”.
“oh ya,,neng,,namanya siapa?”.
“nama saya Neysa,,kalo bapak berdua namanya siapa?”.
“nama bapak,,Charles,,”.
“jah,,Charles,,boong neng,,nama dia Cecep,,”.
“oh,,kok pake diganti namanya pak?”.
“abisnya malu nyebutin nama asli bapak kalo di depan cewek cantik kayak neng Neysa,,”.
“alah pak Cecep bisa aja,,kalo bapak namanya siapa?”.
“nama bapak,,Parjo,,oh ya neng Neysa,,manggilnya abang aja,,”.
“iya neng,,kesannya tua banget,,”.
“oh,,iya deh bang Parjo,,bang Cecep,,”.
“neng Neysa ngapain malem-malem keluyuran,,”.

“tadi abis dari rumah temen,,eh lupa ngeliat bensin,,jadi abis deh,,”.
“oh,,untung ketemu ama pos ronda ini neng,,coba kalau ketemu preman,,bisa gawat neng,,”.
“iya,,untung aja,,”. Aku membuka helmku sehingga rambut panjangku terurai dengan indahnya dan mereka bisa melihat wajahku lebih jelas. Kami bertiga mengobrol dan aku tau sambil mengobrol mereka merencanakan sesuatu.
“maap ya neng,,”, kata pak Cecep. Pak Cecep tiba-tiba bergerak ke belakangku dan memegangi pergelangan tanganku sementara pak Parjo memegangi kedua kakiku.
“maaffhh,,”, aku mau berbicara tapi mulutku sudah keburu dibungkam oleh pak Cecep dengan tangannya. Mereka mengangkat tubuhku dan menaruhku di tengah-tengah pos ronda alias lebih masuk ke dalam. Pak Cecep memegang pergelangan tanganku dengan satu tangan dan menggunakan tangannya yang lain untuk meremas-remas payudara kananku yang masih terbungkus bh, baju, dan cardigan, tapi cukup untuk membuatku merasakan remasan tangannya yang cukup kuat. Aku coba berontak tapi apalah artinya tenaga perempuan dibandingkan tenaga 2 orang laki-laki.

Merasa belum menguasaiku, pak Cecep menyusupkan tangannya ke dalam cardigan, baju lalu bhku. Tangannya kini bisa meremas payudaraku tanpa terhalang apa-apa lagi.
“jangannhh,,”, larangku pelan karena aku tidak bisa membohongi diriku sendiri yang menikmati remasan pak Cecep terhadap payudaraku. Pak Cecep tidak hanya meremas-remas kedua buah payudaraku, dia juga memilin-milin kedua putingku secara bergantian. Perlawananku pun mulai melemah karena pak Cecep terus meremas-remas kedua buah payudaraku padahal aku masih memakai pakaian lengkap. Mereka tau aku telah melemah, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Pak Cecep memasukkan tangan satunya ke dalam bajuku sehingga kini, dua tangannya berada di dalam bajuku sedang meremas-remas kedua buah payudaraku yang putih mulus sementara pak Parjo menggerakkan tangannya menelusuri kedua pahaku hingga menyusup ke balik rokku yang selutut dan menyentuh celana dalamku. Dia menarik celana dalamku hingga ke lututku lalu menyingkap rokku.

“buset,,memeknya bagus banget,,gile,,”, komentar pak Parjo melihat bentuk vaginaku yang sangat rapat. Pak Parjo menekuk kedua kakiku dan melebarkan kedua kakiku. Dia mulai menjilati daerah vaginaku, bibir vaginaku serta memasukkan lidahnya untuk menjilati rongga dalam vaginaku.
“jangg,,hhh,,aannhh,,”, desahku lemah sambil berusaha mendorong kepala pak Parjo untuk menjauh dari vaginaku. Tapi percuma, tenaga dan kesadaranku mulai hilang karena aku semakin tenggelam dalam lautan kenikmatan dari pak Cecep yang terus memainkan payudaraku dan serangan lidah pak Parjo terhadap vaginaku.
“mmmhhh,,teeruusshh,,”, tidak sadar aku mendesah keenakan sehingga mereka semakin semangat untuk membuatku orgasme. 4 menit aku tidak tahan lagi, tubuhku mengejang hebat. Pak Parjo pun sudah siap menanti cairanku dengan mulutnya. Pak Parjo membenamkan kepalanya ke selangkanganku untuk menyeruput cairanku hingga benar-benar tak bersisa.

Mereka yakin kalau aku sudah menyerahkan tubuhku ke mereka karena aku sudah orgasme yang menandakan kalau aku keenakan dengan permainan mereka tadi. Pak Parjo menarik celana dan menaruhnya di tepi pos ronda lalu dia membuka rokku. Setelah tidak ada sehelai benang lagi yang menutupi bagian bawah tubuhku, pak Cecep membuatku duduk dengan kaki berselonjor. Pak Cecep membuka cardigan, baju, dan bhku hingga sekarang tubuhku yang putih mulus bisa terlihat oleh mereka berdua. Pak Cecep membuatku tidur terlentang, mereka berdiri dengan bertumpu pada lutut mereka di kanan dan kiriku karena langit-langit pos ronda itu pendek. Mereka menatapku yang sudah terbaring pasrah dari kepalaku hingga ke kakiku.
“gila,,bodynya mulus banget,,putih mulus,,”, kata pak Cecep.
“maap ya neng,,kami kedinginan,,jadi butuh penghangat,,”, tambah pak Parjo. Tidak memberiku kesempatan berbicara, pak Cecep langsung melumat bibirku, menghisap bibirku, memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, bahkan dia menggigit bibir bawahku karena sangat gemas terhadap bibirku yang menurutnya sangat lembut.

Pak Parjo menuntun tangan kananku untuk mengocok penisnya. Aku merasakan penis pak Parjo semakin lama semakin besar hingga mencapai ukuran maksimalnya. Lalu pak Parjo gantian yang melumat bibirku sementara aku menggunakan tangan kiriku untuk mengocok penis pak Cecep hingga penis pak Cecep juga mencapai ukuran maksimalnya. Pak Cecep bergerak ke bawah tubuhku, dia melebarkan kakiku dan mulai menjilati vaginaku. Sementara itu pak Parjo menjilati wajahku sambil sesekali melumat bibirku. 5 menit aku merasakan lihainya permainan lidah pak Cecep, aku menyemprotkan cairanku ke mulut pak Cecep yang sudah menanti di pintu masuk lubang vaginaku. Setelah itu mereka berdua bergantian mengangkaki kepalaku dan ‘mencelupkan’ penisnya ke dalam mulutku hingga penis mereka basah oleh air liurku. Lalu mereka membuatku tidur tengkurap, mereka menyuruhku untuk mengambil posisi doggystyle tapi aku tidak boleh pada sikuku sehingga wajah dan payudaraku menempel di lantai pos ronda.
Aku menoleh ke belakang dan melihat pak Cecep sedang menyiapkan penisnya di depan lubang vaginaku. Dia menggesek-gesekkan penisnya di belahan bibir vaginaku yang membuat benar-benar terasa gatal ingin ditusuk.
“cepeethh,,masukiinnhh,,”, desahku tak sadar memintanya untuk segera menanamkan penisnya di dalam vaginaku.
“udah gak sabar ya?”, tanyanya mengejekku.
“yaudah,,gue tusuk lo,,”, dia tidak menancapkan penisnya di vaginaku, tapi dia menghentakkan penisnya dengan kuat ke dalam lubang anusku. Aku merasa pedih karena dia menghentakkan penisnya yang besar ke dalam lubang anusku yang sempit dengan begitu kuat hingga semuanya masuk ke dalam anusku, tapi dia langsung mencabut penisnya secara perlahan dan digantikan oleh pak Parjo yang juga menghentakkan penisnya dengan sangat kuat ke dalam anusku. Pak Parjo juga mencabut penisnya dan langsung digantikan pak Cecep yang menghentakkan penisnya ke dalam anusku lagi lalu dia mencabutnya.

Tapi, tidak seperti tadi, pak Cecep menghentakkan penisnya lagi ke dalam anusku, setelah itu barulah pak Parjo menggantikannya dan menghentakkan penisnya ke dalam anusku sebanyak 2x juga. Begitu seterusnya, mereka bergantian menyodok anusku setiap 3x lalu 4x sentakan, barulah setelah 5x sodokan mereka agak lama menggenjot lubang anusku mungkin hingga 10x hentakan yang membuatku dapat mengalami 2x orgasme karena permainan tag team mereka itu. Mereka juga melakukan hal yang sama terhadap vaginaku hingga aku mengalami 2x orgasme berikutnya.
“Cep,,gue nyoblos memeknye duluan yee,,gue udah gak tahan,,”.
“yaude,,kebetulan gue masih pengen ngerasain lobang pantatnyee,,”. Pak Cecep melebarkan kedua kakiku dan menarik kedua tanganku hingga tubuhku terangkat dari lantai pos ronda. Pak Parjo entah bagaimana caranya berada di bawahku dengan melewati kakiku yang terbuka. Pak Cecep mencabut penisnya supaya pak Parjo bisa memposisikan penisnya di depan lubang vaginaku. Begitu penis pak Parjo tepat di pintu masuk lubang vaginaku, pak Cecep menekan pundakku ke bawah sehingga penis pak Parjo langsung menembus masuk ke dalam vaginaku

Pak Cecep pun langsung menghentakkan penisnya ke dalam anusku lagi. Mereka mulai memompa penis mereka keluar masuk 2 lubangku dengan ritme yang kadang-kadang bersamaan dan kadang-kadang ritmenya berbeda.
“mmmfffhhh,,”, aku tidak bisa mengeluarkan suara jiwaku alias desahan karena aku sibuk bersilat lidah dengan pak Parjo. Tubuh putih mulusku dihimpit oleh 2 orang bapak-bapak berkulit sawo matang yang sepantasnya menjadi ayahku. Mereka terus memompa penis mereka untuk melampiaskan nafsu mereka kepadaku, seorang gadis yang tak berdaya. Tiba-tiba pak Cecep mendekapku dan menjatuhkan badannya ke kanan sehingga sekarang aku disetubuhi dari depan dan belakangku. Pak Parjo mengangkat kaki kiriku ke atas agar lebih mudah menggenjot vaginaku. 20 menit sudah berlalu, pak Parjo dan pak Cecep masih menggenjot vagina dan anusku dengan tenang meskipun mereka menyodokkan penis mereka dengan sangat bernafsu.

Dengan gerakan selaras, mereka bisa mengganti posisi tanpa mencabut keluar penis mereka. Sekarang, pak Cecep berada di bawah tubuhku dan pak Parjo menindih tubuhku. Bunyi jangkrik dan nafas yang memburu menghiasi malam. Mungkin sudah 30 menit aku digenjot oleh mereka, pak Parjo dan pak Cecep mendorong penisnya lebih ke dalam dan akhirnya mereka menyemburkan spermanya ke dalam vagina dan anusku bersamaan dengan orgasme sehingga cairan dan sperma pak Parjo bercampur di dalam vaginaku. Setelah itu, pak Parjo mencabut penisnya dari vaginaku. Dia mengangkat tubuhku dari badan pak Cecep dan menaruhku di lantai lagi.
“buset,,enak banget ngentotin cewek cakep,,”.
“bener lo Jo,,biarpun abis dientot,,tetep enak dipandang,,”.
“iye,,ada rasa kepuasan tersendiri kalo abis ngentotin cewek cakep,,”. Tiba-tiba Udin sudah kembali dengan membawa jerigen berisi bensin.
“waduh,,pak Parjo,,pak Cecep,,pantes aje,,gue disuruh beli bensin,,ternyata mau seneng-seneng ama neng ini,,”.

“yaude,,lo jangan marah-marah,,sekarang giliran lo tuh,,kite bedua mau istirahat dulu,,”.
“asiik,,”, dia bergegas membuka bajunya sendiri hingga dalam waktu sekejap, dia sudah telanjang sehingga aku bisa melihat penisnya yang lumayan besar. Dia mampu menggenjot vaginaku dalam beberapa posisi selama 15 menit hingga dia menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku sehingga vaginaku semakin luber saja. Mereka bertiga duduk mengelilingiku yang terbaring tak berdaya.
“Din,,lo bawa apaan nih,,”, tanya pak Parjo sambil membuka plastik yang tadi Udin bawa bersamaan dengan bensin untukku.
“oh iya lupa,,tadi ada titipan dari pak Yasir buat bapak,,”.
“oh iya,,tadi siang gue mesen obat kuat buat maen ama bini gue,,”.
“mending buat maen ama neng Neysa deh,,lebih mantep,,”.
“bener juga lo Cep,,daripada maen ama si Yani yang udah jelek mending maen ama neng Neysa yang cakep ‘n sexy,,”.
“emang ada berapa obatnya pak?”, tanya Udin.
“pas nih ada 3,,kalo kita minum obat ini bisa ngaceng 3 jam,,”.
“wah,,asik tuh,,bisa lama ngentotin neng Neysa tanpa nunggu,,”.

“yaudah,,kite minum,,abis itu kite ngentotin neng Neysa daripada bosen ngeronda,,”, lalu mereka bertiga meminum obat itu dan setelah menunggu 5 menit, barulah penis mereka bangun untuk 3 jam kedepan. Aku pun langsung digarap lagi, pak Cecep merasakan vaginaku, pak Parjo menikmati permainan mulutku, dan Udin menikmati sempitnya lubang anusku. Bukannya menjaga keamanan kampung tapi mereka malah menghangatkan tubuh mereka dengan tubuhku sebagai penghangatnya. Masing-masing dari mereka telah mencoba dan menyemburkan sperma baik ke dalam mulut, anus, ataupun vaginaku. Mereka menyetubuhiku dalam berbagai posisi bahkan aku disetubuhi di luar pos ronda dengan posisi berdiri dan sambil berpegangan pada tiang pos ronda. Berada di luar tanpa memakai sehelai benang pun di tubuhku dan terpaan angin malam membuatku merasa liar. Mereka juga lebih senang menyetubuhiku di luar pos ronda sehingga mereka membawaku ke halaman belakang di belakang pos ronda.
3 jam telah berlalu, penis mereka sudah tidak bisa bangun lagi karena telah mengosongkan isinya ke dalam mulut, anus, dan vaginaku. Udin menuangkan bensin ke tangki motor sementara aku duduk dan mengobrol dengan pak Parjo dan pak Cecep.
“Neysa,,udah gue isi tuh bensinnya,,”.
“oh iya,,makasih ya mas Udin,,kalo gitu Neysa pake baju ya,,”. Aku memakai pakaianku hingga rapih kembali.
“neng Neysa,,makasih ya udah mau nemenin kita ngeronda,,”.
“maap banget kita merkosa neng Neysa,,abisnya neng Neysa cantik banget,,terus body neng Neysa napsuin banget,,jadinya kita berdua gak tahan,,hehe,,”.
“yaudah,,gak apa-apa,,udah terlanjur,,”.
“boleh minta nomer hp neng Neysa gak?”.
“enak aja minta nomer hp gue,,ntar gue digangguin terus,,”, kataku dalam hati.
“aduh,,Neysa baru ganti nomer,,jadinya Neysa lupa,,”, jawabku berbohong.
“yah,,emang sekarang neng Neysa gak bawa hape?”.
“wah,,hape Neysa baterenya abis,,”.
“yah,,terus kapan dong kita bisa ngentotin neng Neysa lagi??”.
“kapan-kapan deh,,ntar kalo gak ada urusan,,Neysa kesini lagi deh,,”.
“bener ya?”.

“bener,,yaudah Neysa pulang dulu ya,,”.
“eh bentar,,”. Pak Parjo menyingkap rokku, menurunkan celana dalamku dan menyuruhku berpegangan pada tiang. Dia langsung menepuk kencang kedua bongkahan pantatku sebanyak 5 kali hingga pantatku terasa sangat panas dan pedih.
“aduh,,pak Parjo,,saakiiit !!!”, teriakku.
“hehe,,bapak gemes ngeliat pantat neng Neysa yang montok banget,,”.
“wah,,gue juga ikutan ah,,”, pak Cecep pun ikut menepuk pantatku sebanyak 5x juga.
“aduh,,pak Cecep kok ikutan sih?!”, tanyaku sambil protes. Udin pun mendekat dan ikut menepuk pantatku 5x juga hingga pantatku benar-benar terasa panas dan aku yakin kulit pantatku yang tadinya putih mulus pasti berubah menjadi merah.
“nah,,sekarang neng Neysa baru boleh pulang,,”.
“aduh,,pada jahat-jahat banget,,jadinya kan pantat Neysa sakit tau,,!!”, protesku sambil mengelus-elus pantatku.
“kalo pantatnya sakit,,neng Neysa disini aja dulu,,hehe”, kata pak Parjo.
“ah enggak deh,,mendingan Neysa pulang,,daah,,”.

Aku menaikkan celana dalamku dan menurunkan rokku lalu aku naik ke motorku setelah memakai helm.
“daah,,”.
“makasih ya neng Neysa,,daah”. Aku mengendarai motorku menjauhi pos ronda itu. Seperti kemarin, di rumahku Rina langsung menguras semua sperma yang ada di dalam tubuhku, tapi kali ini dia menampungnya di dalam gelas lalu menyuruhku untuk membalurkan sedikit ke payudara, leher, dan pantatku agar bekas cupangan dan gigitan bisa hilang juga ke vagina & anusku agar kembali ke bentuk semua. Kemudian, dia menyuruhku untuk meminum sisanya, aku menuruti perintahnya karena aku tau perintahnya untuk kebaikanku. Hari ketiga menyosongku berarti saatnya untukku mencari alamat target ketiga. Target ketiga bernama pak Dede, seorang duda berumur 52 tahun yang mempunyai 1 anak perempuan dan bekerja di bengkel kecil miliknya sendiri. Pukul menunjukkan jam 9 malam, saatnya untuk pergi ke alamat pak Dede dan membalaskan dendam Rina ke orang terakhir yang dulu memerkosanya.

Jalan yang kulalui saat mencari alamatnya sangat bersih, tapi ketika aku melewatinya lagi sudah banyak beling-beling kaca yang bertebaran di jalan. Alhasil, hanya beberapa meter dari jalan yang banyak beling itu, banku langsung kempes sehingga aku harus mendorong motorku ke bengkel pak Dede. Aku sampai di bengkel pak Dede yang kecil tapi lumayan rapih. Aku melihat pak Dede sudah mulai menutup bengkelnya. Aku langsung mendorong motorku dengan sedikit berlari.
“pak,,tunggu,,!!”, teriakku. Pak Dede berhenti dan melihat ke arahku yang sedang mendorong motor ke arah bengkelnya.
“hhh,,pak tunggu,,”.
“ada apa ya neng?”.
“ban saya kempes,,bisa tolong gantiin gak?”.
“udah malem neng,,bengkel bapak udah tutup,,”. Aku melepas helmku sehingga dia bisa melihat wajahku.
“tolong pak,,saya mau pulang nih,,”, kataku memintanya dengan memelas dan dengan manja agar dia mau membantuku.
“aduh,,,gimana ya?”.
“ayolah pak,,saya bayar 2 kali lipat deh pak,,”.
“bener nih neng?”.
“bener pak,,”.

“yaudah kalo gitu,,sini bapak gantiin bannya”. Dia membuka papan yang dia gunakan untuk menutup bengkelnya (papan yang biasa dipakai untuk menutup warung).
“ayo neng,,masuk,,”, katanya sambil mendorong motorku masuk ke dalam bengkelnya dan aku berjalan masuk ke dalam di belakangnya. Kami mengobrol sembari pak Dede terus mengganti ban belakangku.
“neng Neysa,,kok malem-malem keluyuran?”.
“iya ni pak Dede,,tadi Neysa abis dari rumah temen,,”.
“oh,,terus neng Neysa lewat mana,,bannya 2-2nya kempes begini,,”.
“lewat jalan yang di deket lapangan itu pak,,”.
“oh pantes aja,,”.
“kenapa emangnya pak?”.
“tadi bapak buang beling disana,,”.
“nah ya,,ketauan,,pak Dede sengaja ya nebar beling disana,,Neysa aduin ke warga lho,,”.
“bukannya gitu neng,,abisnya bapak males buang sampah beling ke TPS,,jauh,,jadi bapak buang aja di situ,,”.
“emangnya gak apa-apa tuh,,”.
“gak apa-apa,,besok juga ada yang bersihin,,”.
“oh,,”, aku berjongkok di dekatnya dan berpegangan padanya sehingga secara spontan dia menoleh ke arahku dan bisa melihat pahaku yang putih mulus karena rok miniku terangkat dan tidak menutupi sebagian pahaku.

Dia meninggalkan pekerjaanya dan dia mengalihkan perhatiannya ke arahku. Dia mendorongku hingga aku terjatuh ke lantai bengkel yang kotor. Dia langsung menindih tubuhku lalu dia memegangi tanganku dengan kedua tangannya.
“pak,,jaang,,aan,,paak,,mmmffhh,,”, pintaku langsung terhenti karena pak Dede langsung melumat bibirku habis-habisan seperti sudah lama tidak mencium seorang wanita. Awalnya, aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk membuatnya melepaskan ciumannya, tapi dia gigih terus melumat bibirku dan memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku. Lama-lama aku pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, malah secara tak sadar aku membalas permainan lidahnya sehingga lidah kami saling bertemu, bertarung, dan membelit di dalam rongga mulutku.
“maap neng,,bapak gak tahan ngeliat paha neng Neysa,,putih banget,,”, katanya setelah melepaskan cumbuannya terhadap bibirku.

Tanpa mendengarkan jawabanku, dia membuka jaketku lalu menyingkap kaosku hingga ke atas payudaraku. Kemudian dia menurunkan bhku sehingga dia melihat kedua buah payudaraku yang putih, besar, kencang, dan sangat kenyal. Melihat bentuk kedua buah payudaraku yang sangat menggoda, dia langsung tidak tahan dan mulai menjilati senti demi senti dari kedua buah payudaraku. Setelah puas menjilati, mencium, menggiti pelan kedua buah payudaraku dan kedua putingku, dia langsung memusatkan perhatiannya ke bagian bawah tubuhku. Dia menyingkap rokku dan menarik celana dalamku dan menaruhnya di atas jok motorku. Dia melebarkan kedua pahaku dan mulai memuaskan rasa penasarannya dengan menjilati seluruh daerah di sekitar vaginaku.
“oouuummhhh,,mmhh,,”, desahku terus menerus yang menandakan kalau aku benar-benar merasakan nikmat dari permainan lidah pak Dede di vaginaku.
“ooohhhh,,,”, erangku ketika aku sudah tidak bisa menahan lagi aliran listrik yang sudah ingin meledak alias orgasme.

Pak Dede menyeruput habis cairan vaginaku hingga mengeluarkan bunyi seruput yang lumayan kencang.
“mmm,,enak,,”, komentarnya setelah selesai menyeruput cairan vaginaku. Lalu dia berdiri dan menutup pintu masuk yang kami lewati tadi dengan papan penutupnya sehingga kini aku dan pak Dede berada dalam ruangan tertutup dengan payudara dan vaginaku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“maap neng Neysa,,bapak udah 3 tahun gak pernah ngesex ama cewek jadi pas ngeliat body neng,,langsung nafsu,,maap ya neng,,”, aku jadi ingin memberikan tubuhku kepadanya karena dia sopan lagipula aku kasian kepadanya.
“iya pak gak apa-apa,,oh iya,,istri bapak namanya siapa?”, tanyaku yang menduga kalau istrinya adalah Rina.
“nama istri bapak,,Marni,,memangnya kenapa?”.
“oh,,nggak kok,,pak,,cuma nanya aja,,”.
“dulu saat masih pacaran sama istri bapak,,bapak pernah bikin kesalahan,,”.
“pak Dede mau curhat ke Neysa?”.
“gak boleh ya?”.
“oh boleh kok pak,,Neysa bakal dengerin curhatan bapak,,”.
“makasih neng,,gini,,”.

Dia menceritakan kejadiannya memperkosa si Rina, tapi dia tidak menyangka kalau pak Parjo dan pak Yunus akan membunuh Rina setelah mereka berdua membuat Rina lumpuh.
“karena itu neng,,bapak bersumpah gak akan berhubungan selain ama istri bapak,,tapi pas ngeliat neng Neysa,,tadi bapak jadi gelap mata,,”.
“oh,,mungkin karena udah lama kali pak,,”.
“jadi neng Neysa gak marah?”.
“nggak kok pak,,Neysa bisa maklum,,”.
“makasih ya neng Neysa,,neng Neysa baik banget,,”.
“ah bapak bisa aja,,”, kataku.
“neng Neysa,,bapak boleh lanjut gak?”.
“mmmmm,,gimana ya?”.
“ayo dong neng Neysa,,masa gak kasian ama bapak?”.
“mm,,nggak ah,,udah malem banget,,Neysa pengen pulang,,”. Pak Dede malah mendekatiku yang dari tadi sudah berdiri. Dia berjongkok di depanku, dia menyingkap rokku lalu dia membuat kakiku sangat lemas dengan menjilati vaginaku dan menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya. Tapi ketika sebentar lagi aku akan orgasme, dia menghentikan aktivitasnya yang membuatku sangat tidak enak dan tidak nyaman.

“pak kok berhenti ?!”, tanyaku kesal.
“jawab dulu,,bapak boleh ngentotin neng Neysa apa nggak?”.
“iya deh,,boleh,,boleh,,sekarang cepet,,terusin !!”, kataku seperti orang yang sangat putus asa.
“ok kalo gitu,,”. Pak Dede melanjutkan aktivitasnya tadi dan membuatku orgasme lagi.
“nah,,tadi neng Neysa bilang boleh,,”.
“iya,,iya,,”, lalu aku mulai membuka seluruh pakaianku, saat aku membuka rokku, aku melihat ada ceplakan tangan berwarna hitam di paha kanan dan kiriku.
“tangan bapak kotor ya?”, tanyaku.
“oh iya,,abisnya sini airnya lagi mati,,terus gimana dong Neysa,,?”.
“yaudah gak apa-apa,,oh iya,,bapak buka baju juga dong,,”.
“oh iya,,lupa,,”. Pak Dede membuka seluruh bajunya hingga dia telanjang. Aku bisa melihat penis pak Dede yang berukuran 19 cm dan sudah mengacung tegak.
“wah,,****** pak Dede gede,,”.
“ini masih normal neng,,belom ukuran maksnya,,”.
“segini baru normalnya? gimana kalo udah maksnya”.
“coba aja neng Neysa jilat,,”.
“iya deh,,tadi Neysa udah janji,,”.

Aku menggenggam batang penisnya yang besar dan memasukkan penis pak Dede ke dalam mulutku. Aku menjilati batang penisnya berulang kali terus menerus hingga penisnya basah oleh air liurku. Lalu aku mengemuti kepala penisnya dan kantung buah zakarnya, setelah itu aku menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku hingga dia bergelinjang karena merasa kegelian dan kenikmatan secara bersamaan. Aku merasakan penisnya bertambah besar dan panjang.
“buset,,jadi gede banget,,”, kataku setelah mengeluarkan penis pak Dede yang bertambah 5 cm dari mulutku.
“neng Neysa,,jago banget jilatannya,,”.
“hehe,,iya dong,,”.
“kalo gitu,,lanjutin dimana ya?”.
“ha? maksud pak Dede disini gak ada kasur?”.
“ada sih,,tapi kotor banget,,pasti cewek secantik neng Neysa gak mau,,”.
“ah gak apa-apa kok,,Neysa orangnya merakyat,,”.
“wah,,neng Neysa ternyata orangnya mau diajak susah,,kalo bapak punya istri kayak neng Neysa pasti bapak bahagia setiap hari,,”.
“emangnya kenapa pak?”.

“iya,,soalnya neng Neysa udah cantik, baik, sexy, terus juga bisa diajak susah,,”.
“aah,,bapak bisa aja,,”.
“yauda yo neng,,ke belakang,,”.
“ayok,,”. Aku dan pak Dede membuka pintu yang menuju kamar yang biasa pak Dede gunakan untuk beristirahat sejenak. Pak Dede meletakkan tubuhku di kasurnya yang kotor itu dengan sangat perlahan. Lalu dia mulai memanjakanku dengan menjilati seluruh tubuhku yang membuatku seperti merasa sangat dicintai dan sangat dipuja oleh pak Dede. Aku orgasme lagi dengan permainan lidah pak Dede di vaginaku. Dia juga meremas-remas kedua buah payudaraku dengan pelan-pelan. Setelah itu pak Dede membuka pahaku selebar mungkin dan menempatkan penisnya di depan pintu masuk vaginaku. Sangat perlahan, dia mendorong penisnya masuk ke dalam vaginaku, tapi hanya 3/4nya saja yang bisa masuk ke vaginaku hingga mentok karena penisnya yang besar itu. Dia tidak bergerak untuk membiarkanku bisa menyesuaikan diri. Dia mencium keningku lalu mencium bibirku, aku bisa merasakan ciumannya kali ini bukan ciuman nafsu tapi ciuman cinta karena aku merasakan kehangatan dari ciumannya.

Lalu dia mulai memompa penisnya, pertama-tama dengan sangat pelan, lama kelamaan dia mempercepat ritme pompaannya. Memang posisi kami tidak berubah, tapi penisnya yang besar dan panjang bisa membuatku merasakan kenikmatan yang amat sangat karena genjotan penisnya menggesek-gesek dinding vaginaku dan juga mengenai G-spotku yang membuatku cepat mendapat orgasme. Selama menggenjot vaginaku, dia mencium seluruh wajahku dan akhirnya mencium bibirku lagi. 15 menit setelah itu, dia menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Ternyata, meskipun sudah menumpahkan isinya ke dalam vaginaku, penisnya masih berdiri dengan kokoh dan masih membuat liang vaginaku penuh sesak.
“pak,,kok,, kontol bapak gak lemes?”.
“itu dia neng Neysa,,meski kontol bapak cuma nambah 5 cm kalau ngaceng,,tapi kontok bapak masih berdiri terus kalo gak langsung dikeluarin dari memek,,”.
“oh,,gitu,,”.
“nah,,makanya neng Neysa gak bakal nyesel kalo jadi istri bapak,,hehe,,”, katanya terus merayuku untuk mau menjadi istrinya.

“ah,,nggak ah pak,,masih pengen seneng-seneng,,belum mau nikah,,”.
“oh neng Neysa mau seneng-seneng? ok kalo gitu,,”. Dia pun mulai memompa penisnya lagi. Dia terus menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku sampai 5 ronde, setelah itu dia mencoba himpitan dan kehangatan dari lubang anusku. Dia menembakkan spermanya ke dalam anusku sebanyak 3x permainan. Kemudian dia memberiku minum dengan spermanya sebanyak 2x ronde. Setelah 10 ronde permainan, aku berbicara kepadanya.
“pak,,ban motor Neysa kapan diganti?”.
“oh iya,,lupa,,keasikan ngentotin neng Neysa sih,,”.
“yee,,sono,,ganti ban motor Neysa dulu,,abis itu boleh deh ngentotin Neysa lagi,,”.
“asik,,”.
“nah makanya yang semangat ya pak,,”.
“okeh,,”. Pak Dede langsung bergegas mengganti ban depan dan belakang motorku sementara aku duduk melihatnya dengan sperma yang masih meleleh keluar dari vagina dan anusku.
“nah,,selesai juga,,sekarang bisa ngentotin neng Neysa lagi deh,,”.

“iya pak,,sebagai hadiahnya bapak boleh ngentotin Neysa selama yang bapak mau,,”.
“wah,,asik banget,,langsung yok,,”. Pak Dede melampiaskan nafsu birahinya yang 3 tahun tak dia lampiaskan kepadaku. Berbagai posisi pun kami lakukan bahkan dia menyetubuhiku sambil berjalan pelan-pelan mengelilingi motorku. Jam setengah 3 malam, pak Dede sudah tidak sanggup lagi karena tenaganya sudah benar-benar terkuras.
“neng Neysa hebat banget,,neng Neysa gak capek ya?”.
“nggak pak,,”.
“oh ya neng Neysa,,minta nomer hpnya dong,,”.
“bapak aja yang ngasih nomer,,ntar Neysa telpon,,”.
“yaudah,,”, dia menyerahkan kartu nama bengkelnya yang ada nomer hpnya.
“pak,,Neysa pulang ya,,udah malem,,”.
“yah,,yaudah,,kalo neng Neysa berubah pikiran pengen jadi istri bapak,,telpon bapak ya,,hehe,,”.
“iya,,iya,,yaudah,,Neysa pulang dulu yah,,kapan-kapan Neysa telpon deh,,daah,,”. Di jalan, aku baru sadar ketika bersetubuh dengan pak Dede, aku mendapatkan malam yang hangat, romantis, dan penuh cinta sama seperti ketika menghabiskan malam bersama Gino.

Oleh karena itu, aku jadi mempertimbangkan tawaran pak Dede untuk menjadi istrinya. Ketika sampai di kamar, Rina sudah menungguku. Dia ‘menguras’ sperma yang ada di dalam tubuhku dan menampungnya di gelas seperti kemarin setelah aku telanjang bulat. Rina bisa melihat tubuhku yang penuh ceplakan tangan pak Dede dimana-mana. Setelah mengambil kristal berisi sperma pak Dede, dia meminum sperma yang ada di gelas itu lalu menyemburkannya ke seluruh tubuhku termasuk daerah vagina, anus, dan mulutku.
“zassutavu,,mekombaz,,harrastoyukfaz,,”, dia mengeluarkan kata-kata yang tidak kumengerti. Tiba-tiba tubuhku bercahaya sebentar. Aku melihat tubuhku sudah tidak ada ceplakan tangan pak Dede, tapi aku lebih kaget ketika melihat tubuhku seperti saat saat SMA dulu. Puting dan vaginaku berwarna kemerah-merahan, merah muda lebih tepatnya. Aku juga merasa lubang vagina dan lubang anusku sangat sempit.
“badan gue kenapa nih Rin?”.

“tadi aku baca mantra supaya badan dan wajah kamu bisa tetep pas kayak kamu masih SMA dulu,,”.
“berarti gue perawan terus dong,,yeey,,”.
“nggak Ney,,”.
“yah kok lo gak bikin supaya gue perawan terus?”.
“selaput dara itu mantranya susah tau,,”.
“emang sesusah apa?”.
“susahnya kayak kamu disuruh baca buku tapi gak ada tulisannya,,”.
“oh gitu toh,,”.
“bukannya makasih kek,,malah protes,,”.
“iya,,iya,,makasih,,tapi lo ngapain bikin gue jadi gini?”.
“aku mau ngasih hadiah,,soalnya kamu udah ngorbanin tubuh kamu buat balesin dendamku,,”.
“oh gitu,,”.
“oh iya,,satu lagi,,kalau kamu mau stamina kamu gak ada abisnya dan bisa gerakkin badan kamu walau udah 20 ronde,,bilang yahoo,,”.
“kok yahoo?”.
“ya abisnya aku bikinnya yahoo sih,,bukannya hotmail atau plasa,,”.
“alah,,jadi menurut e-mail toh,,hahaha,,kalo gue teriak yang laen?”.
“ya gak bakal ada fungsinya,,lagian aku bilang kan yahoo,,kok kamu ngeyel sih?”.
“ya pengen tau aja,,oh iya,,sebenarnya tuh kristal buat apaan sih?”.
“buat bawa Yunus, Parjo, dan Dede ke alam gaib bareng aku,,”.

“mau lo jadiin apaan?”.
“ada dech,,mau tau aja,,”.
“yee,,dasar suster ngesot yang aneh,,”.
“iya dong,,anak gaol nih,,”.
“oh ya,,kalo lo bawa mereka ke alam gaib,,apa gak pada nyariin tuh keluarganya?”.
“kalo manusia ke alam gaib,,di dunia manusia itu seperti gak pernah lahir,,jadi gak bakal ada yang nyariin,,”.
“terus keluarga ‘n anak mereka?”.
“ya gak pernah tebentuk,,”.
“oh gitu,,”. Tiba-tiba Rina menelan 3 kristal itu.
“kok ditelen?”, tanyaku lagi.
“supaya mereka matuhin perintahku di alam gaib,,yaudah ya,,udah mau subuh,,pergi dulu ya bye,,”.
“bye,,”. 1 minggu setelah berlalu, aku penasaran apa yang terjadi kepada 3 pemerkosa Rina. Aku membuka e-mailku dan melihat isi e-mail Rina. Ternyata isinya adalah gambar Rina dengan memegang tali kekang yang mengekang leher pak Parjo dan pak Yunus sementara pak Dede memakai baju pelayan dan sedang menyuapinya.
“dasar,,suster ngesot modern,,”.
————————————————




No comments:

Post a Comment