Saat ini saya
berusia 24 tahun dan cerita ini terjadi pada saat saya berusia 13 tahun
tepatnya saat saya kelas 2 SMP. Waktu itu saya tinggal di daerah perbatasan
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dan didekat rumah kami ada seorang wanita
yang bernama Mbak Yuli yang tinggal dengan ibunya yang berusia sekitar 55 tahun
dan di rumahnya ada seorang pembantu tetapi tidak tinggal di rumah itu karena
ia dan keluarganya mengontrak rumah di perkampungan sekitar rumah saya. Sejak
kecil saya sudah dekat dengan Mbak Yuli, saya sering diajak main ke rumahnya
dan kadang-kadang menginap untuk menemani dia. Orang tua saya juga dekat dengan
ibunya Mbak Yuli sehingga mereka tidak pernah melarang saya bermain atau
menginap di rumah Mbak Yuli.
Pada tahun 1989
Mbak Yuli menikah dengan Mas Dodi yang bekerja sebagai awak kapal pesiar
sehingga ia jarang pulang dan dalam 1 tahun ia cuma pulang 4 kali. Karena Mas
Dodi jarang pulang maka Mbak Yuli sering mengajak saya bermain atau menginap di
rumahnya untuk mengusir rasa sepi terlebih sejak Mbak Yuli menikah, ibunya
pindah ke Semarang untuk mengasuh cucunya. Pada saat itu Mbak Yuli berusia 21
tahun, ia memiliki tubuh yang indah dengan tinggi 168 cm, badannya kelihatan
padat berisi apalagi payudaranya yang besar dan bulat dan baru saya ketahui ia
memakai BH ukuran 34C.
Bila sedang di rumah ia senang mengenakan kaos oblong tipis dan celana pendek ketat kadang-kadang tanpa BH. Pada mulanya saya tidak peduli dengan dia, tetapi setelah saya menonton film BF milik kakak teman saya, saya baru mulai tertarik dengan Mbak Yuli. Karena sudah terbiasa dengan adanya saya di rumahnya, sehingga ia sering berganti pakaian tanpa menutup pintu atau mandi dengan pintu hanya tertutup setengah. Saya sering mengintip bila ia mandi dimana saya dapat melihat keindahan tubuhnya dengan kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam dan payudaranya yang besar dan bulat dengan pentilnya yang berwarna coklat muda. Bila sedang tidur Mbak Yuli tidak pernah menggunakan BH dan sering saya terbangun untuk mengelus-elus buah dadanya dan kadang saya pilin-pilin pentilnya. Karena sering melihat pemandangan seperti itu saya menjadi suka berkhayal bagaimana rasanya kalau saya bersetubuh dengan Mbak Yuli seperti yang saya lihat di film BF dan hal itu saya lakukan sambil saya mengocok-ngocok kemaluan saya hingga tegang yang panjangnya 14 cm dan berdiameter 4 cm pada saat itu.
Bila sedang di rumah ia senang mengenakan kaos oblong tipis dan celana pendek ketat kadang-kadang tanpa BH. Pada mulanya saya tidak peduli dengan dia, tetapi setelah saya menonton film BF milik kakak teman saya, saya baru mulai tertarik dengan Mbak Yuli. Karena sudah terbiasa dengan adanya saya di rumahnya, sehingga ia sering berganti pakaian tanpa menutup pintu atau mandi dengan pintu hanya tertutup setengah. Saya sering mengintip bila ia mandi dimana saya dapat melihat keindahan tubuhnya dengan kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam dan payudaranya yang besar dan bulat dengan pentilnya yang berwarna coklat muda. Bila sedang tidur Mbak Yuli tidak pernah menggunakan BH dan sering saya terbangun untuk mengelus-elus buah dadanya dan kadang saya pilin-pilin pentilnya. Karena sering melihat pemandangan seperti itu saya menjadi suka berkhayal bagaimana rasanya kalau saya bersetubuh dengan Mbak Yuli seperti yang saya lihat di film BF dan hal itu saya lakukan sambil saya mengocok-ngocok kemaluan saya hingga tegang yang panjangnya 14 cm dan berdiameter 4 cm pada saat itu.
Waktu itu saya
sedang liburan kenaikan kelas dan seperti biasanya saya manfaatkan untuk
bermain. Pada suatu siang saya keluar dari rumah untuk membeli mainan,
sesampainya di depan rumah Mbak Yuli yang berjarak sekitar 5 rumah tiba-tiba
hujan turun dan Mbak Yuli yang sedang mengangkat jemuran berteriak memanggil
saya, "Aldi, kamu jangan hujan-hujanan! Sini bantuin Mbak ngangkat jemuran!"
Lalu saya berlari masuk ke dalam rumahnya. Sesampainya di dalam rumah Mbak Yuli
langsung ke belakang membereskan jemuran sedangkan saya menuju ke ruang tengah
untuk bermain game dan saya lihat TV dalam keadaan menyala tetapi tidak ada
gambarnya dan video dalam keadaan stand by, akhirnya saya hidupkan video itu
dan ternyata berisi film BF dimana adegannya seorang laki-laki dan perempuan
sedang melakukan pemanasan. Setelah agak lama saya menyaksikan adegan dalam
film tersebut tiba-tiba Mbak Yuli muncul dan langsung mematikan TV, "Heh,
ini film orang dewasa kamu belum boleh nonton ini!" akhirnya saya
menyeletuk, "Aldi udah pernah nonton kok di rumah Toni," dan dengan
polosnya saya bertanya, "Mbak, enak nggak sih begituan? Kok orang teriak-teriak,
emang sakit ya?" dan Mbak Yuli menjawab, "Ya enak dong, kalau
orangnya teriak-teriak itu tandanya keenakan," saya hanya manggut-manggut
mendengarnya.
Akhirnya Mbak
Yuli masuk ke dalam kamarnya dan tidak berapa lama dia memanggil saya,
"Di, pijitin Mbak dong, Mbak pegel nih," dan mendengar itu saya
langsung masuk ke kamarnya. Bila sebelum hari itu saya memijit Mbak Yuli tanpa
perasaan apa-apa tetapi hari itu saya merasa gemeteran dan pikiran saya
langsung ngeres. "Mbak buka bajunya dong! entar kusut lho," begitu
saya menyuruh Mbak Yuli agar saya dapat melihat dan memegang payudaranya.
Akhirnya Mbak Yuli membuka kaos oblongnya dan langsung tengkurap sehingga saya
tidak sempat melihat payudaranya secara langsung. Ketika saya sedang memijat
punggungnya, dengan sengaja pijatan saya turunkan sehingga menyentuh buah
dadanya dari samping. Tanpa diduga Mbak Yuli berbalik dan... "Di, pijitin
tetek Mbak," langsung saya remas-remas buah dada yang besar dan bulat itu
dan Mbak Yuli mengeluarkan suara mendesis dari mulutnya. Tanpa diperintah saya
langsung menjilati dan menghisap payudaranya bergantian kanan dan kiri seperti
yang saya lihat dalam film dan Mbak Yuli semakin mendesah, "Aaasshhh,
terus hisap sayang... ooohhh enak Di..." badannya menggeliat-geliat
kegelian. Kemudian Mbak Yuli menyuruh saya untuk mencopot semua baju saya dan
saya turuti dan akhirnya ia mencopot celana pendek dan CD-nya hingga akhirnya
kami berdua telanjang bulat.
Setelah telanjang
saya masih menciumi payudara Mbak Yuli, sedangkan tangan Mbak Yuli
meremas-remas batang kemaluan saya sambil mengocoknya. Akhirnya karena sudah
bernafsu, ciuman saya semakin turun dan berhenti di gundukan yang ditumbuhi
rambut hitam, Mbak Yuli memegang kepala saya dan mengarahkannya ke lubang
kemaluannya. "Jilatin memek Mbak, Di!" langsung kumainkan lidahku di
daerahnya yang telah basah karena telah terangsang waktu kuhisap-hisap
payudaranya dan sesekali kuhisap daging kecil di atas lubang kemaluannya yang
lebih dikenal dengan klitoris. "Oohh... Di... enak banget sayang... aacchhh...
aku mau keluar," celotehnya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga
liang kemaluannya terangkat. Aku terus menjilati liang kemaluannya sampai
akhirnya... "Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan...
"Creeet... creeet... creeet..." mengalirlah air yang berwarna putih
kental dari lubang kemaluan Mbak Yuli dan langsung kujilat hingga bersih
bersamaan dengan mengejangnya otot Mbak Yuli.
Setelah nafasnya
teratur setelah orgasmenya yang pertama, Mbak Yuli kembali mengocok-ngocok
batang kemaluanku dan berkata, "Titit kamu gede, Di! Masukin ke memek
Mbak, ya!" aku hanya mengangguk karena merasakan nikmatnya kocokan tangan
Mbak Yuli. Akhirnya sambil tidur terlentang Mbak Yuli membuka kedua kakinya
lebar-lebar hingga lubang kemaluannya yang merah dan basah terlihat menganga,
sambil menuntun burungku ke depan lubang kemaluannya ia berkata, "Nanti
kamu masukinnya pelan-pelan ya, soalnya titit kamu gede." Setelah pas di
depan lubang kemaluannya langsung saya tekan hingga batang kemaluan saya masuk
setengah, "Aaaoooww... sakit... pelan-pelan!" Kemudian saya tarik
lagi batang kemaluan saya hingga tinggal kepalanya yang tertinggal dan rasanya
geli sekali apalagi lubang kemaluan Mbak Yuli masih terasa seret. Kemudian saya
memompa pantat saya maju mundur dan waktu mendorong seluruh batang kemaluan
saya amblas ke dalam lubang kemaluan Mbak Yuli dan semakin cepat saya memompa
semakin keras Mbak Yuli mengerang, "ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh...
masukkin yang dalam sayang ooohhh... aku mau keluar... terus... aahhh... enak
benar kontolmu, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh..." tiba-tiba kaki Mbak
Yuli melingkar ke pinggul saya dan mengunci saya, tetap saya masih terus
memompa sambil memeluk dan menciumi lehernya dan kemudian dia berteriak,
"Aku mau keluar... aakkhh..."
"Creeet...
creeet... creeeet..."
Tubuhnya
mengejang dan batang kemaluan saya yang masih menancap di dalam lubang
kemaluannya terasa hangat.
Setelah nafasnya
kembali teratur, saya kembali menghisap puting susunya dan ia mulai mendesis,
kemudian di dalam kemaluannya mulai mengeluarkan cairan dan saya mulai memompa
kembali sekitar 15 menit.
"Ooohhh...
Mbak.. memekmu... enak... acckhh..."
"Kontolmu
juga enak... hhhsss... yes... terus... akhh... aku mau keluar lagi...
oohhh..."
"Mbak, aku
mau keluar!"
"Tunggu, kita
keluarin sama-sama!"
Tiba-tiba badan
saya kaku akhirnya...
"Aakkhhh...
aku... kell.. keluar... keluar..."
"Crot..
croot.. croot..."
Sekitar 6 kali
saya semprotkan air mani saya ke dalam rahim Mbak Yuli dan saya biarkan batang
kemaluan saya di dalam liang kemaluannya sampai lemas dan Mbak Yuli memeluk
saya dan berkata, "Kamu hebat Di, Mbak seneng ngentot sama kamu, kalau
kamu kepengen bilang ya!" sambil mencium bibir saya.
Malam itu
akhirnya saya menginap di rumah Mbak Yuli dan kami bercinta sampai 4 kali.
Sekitar 3 tahun saya selalu meniduri Mbak Yuli apabila suaminya sedang berlayar
dan akhirnya ia hamil dan punya anak. Saya sudah tidak pernah bertemu dengannya
lagi karena saya sudah pindah ke daerah pinggiran Jakarta dan Mbak Yuli sendiri
menurut kabar yang saya terima sekarang tinggal di Surabaya karena suaminya
bekerja di pelabuhan, tidak di kapal lagi.
TAMAT
No comments:
Post a Comment